KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sekuritas tak selamanya berbanding lurus dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski basis bisnisnya berhubungan langsung dengan transaksi perdagangan saham, kinerja beberapa emiten sekuritas justru melempem di tengah penguatan indeks. Misalnya, PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) yang merugi sebesar Rp 20,90 miliar pada tahun lalu. Per Desember 2017, RELI mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 36,87 miliar, merosot 59,25% dari posisi 2016 sebesar Rp 90,49 miliar. Sekretaris Perusahaan PT Reliance Sekuritas, Erry TP Hidayat bilang, penurunan kinerja disebabkan aksi penghapusan piutang nasabah. Tahun lalu, Reliance memiliki kasus timbunan piutang macet nasabah senilai Rp 464,38 miliar. "Itu dibersihkan supaya tidak membebani laporan keuangan, karena sebelumnya kami escrow tiap bulan dan tahun, tapi sudah tidak bisa tertagih lagi," ujar Erry kepada Kontan.co.id, Selasa (17/4).
Selain itu, emiten berkode RELI ini pada tahun lalu belum memiliki basis pasar ritel yang kuat. Terlihat dari rincian pendapatan kegiatan perantara perdagangan efek yang turun sebesar 64,75%. Padahal, pendapatan ini berkontribusi paling besar. Pada 2016, RELI dapat membukukan pendapatan dari kegiatan perantara perdagangan efek sebesar Rp 86,28 miliar. Sementara pada 2017, pendapatan dari sektor ini hanya Rp 30,41 miliar. Setali tiga uang, laba usaha PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) juga tergerus sebesar 33,16% dari Rp 338,84 miliar menjadi Rp 226,47 miliar pada tahun lalu. Komisi dari transaksi perantara perdagangan efek turun sebesar 3,67% dari Rp 67,48 miliar pada 2016 menjadi Rp 65 miliar pada tahun lalu, dan pendapatan kegiatan manajer investasi turun sebesar 21,09% dari Rp 292,25 miliar menjadi Rp 230,61 miliar. Direktur Utama Panin Sekuritas, Prama Nugraha mengaku penurunan pendapatan ini imbas dari preferensi nasabah mengubah portofolio investasinya, dari reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap. "Secara
fee, biaya pengelolaan reksadana saham lebih besar daripada reksadana fixed income," ujar Prama kepada Kontan.co.id, Selasa (17/4). Perbesar basis bisnis broker ritel Dari sisi bisnis, perusahaan sekuritas punya banyak kanal untuk menghimpun pundi pendapatan. Misalnya, bisnis sebagai penjamin emisi efek, bisnis broker atawa perantara perdagangan efek, baik saham maupun obligasi, dan penjualan produk reksadana. Di samping itu, pendapatan juga bisa datang dari perolehan dividen dan bunga. Dari ketiga bisnis itu, menurut Erry, kontribusi terbesar datang dari bisnis broker jual beli saham dan obligasi. Makanya, tahun ini, RELI akan memperkuat basis nasabah ritel dengan membuka banyak galeri di beberapa pasar. "Terbaru kami buka galeri pasar di Cikurubug, Tasikmalaya, harapannya banyak orang pasar juga bisa berinvestasi di pasar modal," paparnya. Di sisi lain, RELI juga sudah memiliki satu agenda penjamin emisi yang sudah masuk dalam rencana tahun ini. Perseroan juga akan menambah porsi kepemilikannya di PT Bank Kesejahteraan Ekonomi dari 20,5% ke 40%. Dengan begitu, RELI ingin melengkapi kanal korporasi dalam industri keuangan.
Tak ketinggalan, RELI juga sudah mengantongi izin sebagai agen penjual produk reksadana. Dengan strategi ini, Erry bilang, tahun ini RELI bisa tumbuh lebih baik lagi. Sementara, di Panin Sekuritas, nasabah ritel menjadi salah satu ujung tombak penghasilan bisnis broker. Saat ini, Panin Sekuritas memiliki 15.500 nasabah yang terdiri dari 90% nasabah ritel. Sekitar 60% dari nasabah ritel ini diklaim aktif bertransaksi melalui platform online trading milik Panin Sekuritas. Panin Sekuritas memasang target dapat mengakuisisi 20% nasabah baru, menjadi 18.000 nasabah. Selain itu, untuk mendongkrak kinerja tahun ini Panin berencana membuka kantor cabang baru dan menambah bisnis brokerage. Dengan begitu, PANS optimistis bisa membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba sebesar 30%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini