JAKARTA. PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) terus menggenjot bisnis minuman non-alkohol. Strategi bisnis ini guna menyiasati regulasi tentang minuman beralkohol yang semakin ketat. Alhasil, Presiden Direktur Multi Bintang Michael Chin menyatakan, ada peningkatan porsi pendapatan perusahaannya dari sektor non-alkohol. Tahun lalu, segmen non-alkohol hanya menyumbang 9% dari total pendapatan MLBI. Tapi, selama enam bulan pertama tahun ini, kontribusinya meningkat jadi 13%. Michael menargetkan produk non-alkohol bisa memberikan kontribusi pendapatan MLBI di atas 13% pada tahun mendatang. "Walau begitu, kami tetap fokus pada pada produk alkohol sehingga ada dua hal yang jadi pendapatan utama," kata Michael saat ditemui KONTAN di kantornya beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, Michael menuturkan, jalur pendapatan ini sudah sesuai strategi yang dibangun MLBI tahun 2013: fokus ke inovasi. Untuk itu, dalam waktu dekat produsen bir ini bakal mengeluarkan tiga produk baru minuman non-alkohol. "Sebagai bentuk inovasi, kami siapkan tiga produk baru yang akan diluncurkan tahun ini," ujar dia. Inovasi, Michael menegaskan, jadi kunci strategi perusahaannya agar terus tumbuh. Karena itu, MLBI pun mencari kompetisi. Maka, lahirlah di tahun 2014 produk Bintang Radller, yang menurutnya, membuat kategori baru di industri bir. "Buka peluang bagi konsumen yang tidak pernah meminum alkohol dan jadi alasan konsumen lama untuk memasukkan Radler sebagai varian baru mereka," ungkap Michael. Sebelumnya, perusahaan yang sudah 85 tahun berdiri ini hanya memiliki produk bertajuk Bir Bintang, Heineken, dan Green Sands. Belum lama ini, MLBI meluncurkan inovasi minuman bebas alkohol dengan kategori baru, yakni minuman malt dengan karbonasi bermerek Bintang 0,0%. Produk minuman ini memiliki rantai produksi berbeda dengan kategori bir. Bintang 0,0% tidak melibatkan proses fermentasi dalam pembuatannya. Selain Bintang 0,0%, MLBI juga memproduksi minuman bersoda Green Sands dan Fayrouz. Ekspansi tertunda Menghadapi banyak pesaing di segmen alkohol, Michael mengatakan, MLBI sangat terbuka dengan kompetisi. "Di Indonesia dikenal bir putih dan bir hitam, tapi sebenarnya bir memiliki banyak kategori sehingga penting bagi konsumen untuk eksplorasi," imbuh Michael. Dengan semakin banyaknya permintaan dari pasar domestik serta turis asing, MLBI ingin memperluas kapasitas pabrik bir di Mojokerto, Jawa Timur. Namun, ekspansi pabrik itu harus tertunda. "Kami tahan dulu ekspansi tersebut, sambil menunggu kepastian usaha," ujar Michael. Tahun lalu, MLBI juga melihat peluang untuk meningkatkan kapasitas pabrik alkohol di Sampang Agung itu. Tapi, rencana Pemerintah membuat Rancangan Undang Undang (RUU) yang mengatur produksi dan distribusi minuman alkohol jadi ganjalan. Padahal, sebetulnya MLBI berencana menggelontor investasi € 40 juta hingga € 50 juta di Indonesia. "Saya kutip euro karena equipment pabrik masih menggunakan euro sehingga tergantung nilai tukarnya," kata Michael.
Yang jelas, MLBI berhasil membukukan penjualan mencapai Rp 1,53 triliun di semester I 2016. Raihan ini tumbuh 44,3% dibanding periode yang sama di 2015 yang hanya sebesar Rp 1,06 triliun. Sementara laba bersih mereka di paro pertama tahun ini sebanyak Rp 446 miliar. Capaian itu melonjak 59% dari semester satu tahun lalu Rp 179 miliar. Laba bersih per saham atawa earning per share (EPS) MLBI juga melompat ke Rp 212 per saham, dari Rp 85 per saham. Penjualan lokal dan ekspor meningkat jadi masing-masing Rp 1,5 triliun dan Rp 29 miliar. Minuman alkohol berkontribusi 87% dan minuman non-alkohol menyumbang 13% dari total pendapatan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie