KUALA LUMPUR. Godrej International Ltd memprediksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) mungkin tumbang ke level RM 2.800 atau setara US$ 952 per metrik ton pada September mendatang. Penurunan harga minyak sawit seiring melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.Direktur Godrej International Ltd. Dorab Mistry menyebut, produksi Malaysia kemungkinan meningkat 2 juta ton menjadi 19 juta ton di tahun ini. Sementara, produksi Indonesia diperkirakan bertambah 3 juta ton menjadi 25,5 juta ton. Lanjut Mistry, puncak permintaan musim panas akan berakhir pada September. Sementara, produksi biodiesel Indonesia akan melambat secara signifikan, dan produksi CPO akan meningkat tajam. "Stok Malaysia akan mencapai rekor di Desember," katanya."Produksi tahun ini semakin berpeluang naik, dan stok akan meningkat karena permintaan melambat mulai September," kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif broker Sunvin Group, di Mumbai.Sementara, produsen CPO terbesar di dunia Sime Darby Bhd mengekspektasi, minyak sawit akan berada di sekitar RM 3.000 hingga akhir tahun ini, karena bagusnya permintaan.Namun, Mistry memperkirakan, harganya bakal kembali reli pada tahun depan, setelah siklus produksi yang tinggi berakhir Desember. "Minyak sawit bisa rebound ke posisi RM 4.000 per metrik ton pada April 2012," prediksinya. Minyak sawit terakhir diperdagangkan di level RM 4.000, pada Maret 2008. Hari ini, CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange anjlok 1,4% ke RM 3.085 atau setara US$ 1.043 per metrik ton, dan menutup sesi perdagangan pagi di RM 3.092. Koreksi terjadi seiring spekulasi bakal melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.
Dorab Mistry: CPO bisa jatuh ke level RM 2.800 pada September 2011
KUALA LUMPUR. Godrej International Ltd memprediksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) mungkin tumbang ke level RM 2.800 atau setara US$ 952 per metrik ton pada September mendatang. Penurunan harga minyak sawit seiring melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.Direktur Godrej International Ltd. Dorab Mistry menyebut, produksi Malaysia kemungkinan meningkat 2 juta ton menjadi 19 juta ton di tahun ini. Sementara, produksi Indonesia diperkirakan bertambah 3 juta ton menjadi 25,5 juta ton. Lanjut Mistry, puncak permintaan musim panas akan berakhir pada September. Sementara, produksi biodiesel Indonesia akan melambat secara signifikan, dan produksi CPO akan meningkat tajam. "Stok Malaysia akan mencapai rekor di Desember," katanya."Produksi tahun ini semakin berpeluang naik, dan stok akan meningkat karena permintaan melambat mulai September," kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif broker Sunvin Group, di Mumbai.Sementara, produsen CPO terbesar di dunia Sime Darby Bhd mengekspektasi, minyak sawit akan berada di sekitar RM 3.000 hingga akhir tahun ini, karena bagusnya permintaan.Namun, Mistry memperkirakan, harganya bakal kembali reli pada tahun depan, setelah siklus produksi yang tinggi berakhir Desember. "Minyak sawit bisa rebound ke posisi RM 4.000 per metrik ton pada April 2012," prediksinya. Minyak sawit terakhir diperdagangkan di level RM 4.000, pada Maret 2008. Hari ini, CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange anjlok 1,4% ke RM 3.085 atau setara US$ 1.043 per metrik ton, dan menutup sesi perdagangan pagi di RM 3.092. Koreksi terjadi seiring spekulasi bakal melonjaknya produksi dari Malaysia dan Indonesia.