KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri Tbk (
BMRI) terus menggenjot bisnis ritelnya. Salah satunya lewat jasa pengiriman uang atau remitansi di dalam dan luar negeri. Baik dari para Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri atau diaspora maupun para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tersebar di berbagai negara. Hal ini dilakukan, karena pasar bisnis remitansi cukup besar, dengan jumlah 8 juta WNI yang berada di luar negeri. Hingga pertengahan tahun ini, negara-negara dengan pertumbuhan volume pengiriman uang masuk ke Indonesia (
incoming) yang cukup tinggi berasal dari Timur Tengah, Singapura, Amerika Serikat (AS) dan Australia.
Hingga Juni 2023, total nilai remitansi
incoming bank ini meningkat sekitar 20%
year to date (
ytd) dari sepanjang 2022 yang sebesar US$ 15 miliar.
Baca Juga: Transaksi Tembus Rp 1.500 Triliun, Livin by Mandiri Bakal Gencar Tambah Fitur Anyar Evi Dempowati, SVP Retail Deposit Product And Solution Group Bank Mandiri mengatakan, dengan adanya Livin' Around the World ini harapannya bisa berdampak pada peningkatan pengumpulan dana pihak ketika (DPK). Para PMI di berbagai negara termasuk Hong Kong bisa membuka rekening tabungan dengan kartu SIM di negara mereka masing-masing. Sehingga pendapatan mereka disimpan di Bank Mandiri, bertransaksi juga mengelola keuangan hingga berinvestasi sekaligus lewat Livin'. "Semangat kami Livin' by Mandiri ini akan jadi solusi finansial bagi para PMI," ujar Evi, Minggu (9/7) ketika ditemui KONTAN dalam acara pengenalan Livin' by Mandiri Around the World kepada para PMI di Hong Kong.
Baca Juga: Volume Transaksi Remitansi Bank Mandiri (BMRI) Naik 13,2% pada Mei 2023 Lebih lanjut, Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto menambahkan, kontribusi pertumbuhan bisnis remitansi Bank Mandiri juga berasal dari kehadiran fitur Transfer Valas pada Livin’ by Mandiri yang dirilis pada awal 2023 ini. Lewat fitur ini, nasabah pengguna Livin’ dapat langsung mengirimkan dana ke rekening bervaluta asing secara cepat dengan lima valuta asing utama yakni USD, GBP, EURO, SGD, dan AUD. Sebentar lagi nasabah juga bisa membuka tabungan valas lewat aplikasi super ini. Secara bertahap, mata uang yang tersedia juga akan bertambah hingga 10 valuta asing. Dengan berbagai penambahan fitur dan perluasan pasar ini, Timothy Utama, Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri percaya diri target transaksi di Livin' bisa mencapai 2,8 miliar transaksi sampai 3 miliar transaksi hingga akhir 2023 dengan pengguna aktif hingga 25 juta.
Adapun hingga Juni 2023, pengguna aktif Livin’ by Mandiri sekitar 80% dari total 19 juta pengguna yang melakukan registrasi dengan jumlah nilai transaksi mencapai Rp 1.500 triliun. Nilai transaksi itu naik 65% year on year (YoY). Tahun ini nilai traksaksi Livin' ditargetkan bisa mencapai Rp 3.000 triliun. Berdayakan Pekerja Migran Sementara itu, sebagai bagian dari dukungan kepada para PMI. Bank Mandiri juga terus mendorong para pekerja migran Indonesia (PMI) agar naik kelas menjadi wirausaha dalam mewujudkan kemandirian ekonomi. Hal ini diwujudkan Bank Mandiri melalui program pemberdayaan dan pengembangan kewirausahaan bertajuk Mandiri Sahabatku (MS). Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir agar bank-bank milik negara (Himbara) terus mendukung para (PMI). Dalam sambutan yang telah direkam sebelumnya, Erick menyampaikan Himbara memiliki peran besar dalam memberikan pendampingan hingga permodalan bagi para PMI yang berwirausaha sebelum maupun saat kembali ke Indonesia.
Baca Juga: Genjot Akuisisi Nasabah, Livin by Mandiri Sasar Pekerja Migran Menurut Erick, PMI perlu segera memiliki budaya menabung dan memiliki keinginan untuk belajar berwirausaha, terutama mereka yang ingin kembali ke Tanah Air. Ia berharap bank-bank BUMN terus membantu pendampingan supaya PMI bisa mempersiapkan masa depan lebih baik. Guna mewujudkan hal itu, Program Mandiri Sahabatku berangkat dengan semangat “Menjadi Pengusaha di Negeri Sendiri” kembali digelar di beberapa negara. Adapun program pelatihan telah dilaksanakan pada rentang waktu 2022-2023 secara online dan offline dengan total partisipan 2.312 PMI yang tersebar di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dan penutupan di Hong Kong. “Kegiatan ini memiliki serangkaian program mulai dari pembekalan dasar finansial, pembinaan keuangan pribadi, hingga pembinaan dan pelatihan terkait kewirausahaan untuk PMI yang hendak membuka usaha ataupun yang sudah punya usaha,” ujar Erick. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari