Dorong ekonomi, bank siap kucurkan kredit 15%-17%



JAKARTA. Pemerintah meyakini ekonomi tahun 2016 semakin membaik. Tahun 2016, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5%. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membacakan pengantar Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 menyampaikan, ekonomi global akan semakin membaik. Walhasil, kegiatan ekspor impor juga kembali bertumbuh. Dengan target pertumbuhan ekonomi di level itu, industri perbankan sebagai salah satu pendorong, mulai bersiap diri. Untuk menopang pertumbuhan ekonomi di level itu, industri perbankan setidaknya bersiap untuk meningkatkan pertumbuhan kredit dikisaran 15%-17%. Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, Sunarso menuturkan, target pertumbuhan ekonomi di level 5,5% pada 2016 mendatang memiliki arti bahwa pemerintah sudah lebih memiliki kepastian akan kondisi ekonomi baik nasional maupun secara global.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi 2016 yang diasumsikan tumbuh 5,5%, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang dipatok turun menjadi hanya 4,7%. "Mudah-mudahan tahun depan justru tidak banyak revisi, mengingat infrastruktur sudah berjalan dengan maksimal, sehingga asumsi-asumsi itu tidak akan banyak berubah. Pertumbuhan ekonomi tahun ini 4,7% dan tahun depan ditargetkan 5,5%, itu karena pemerintah sudah lebih memiliki kepastian. Tahun ini lebih banyak ketidakpastian," ucap Sunarso di Jakarta, Jumat (14/8) akhir pekan lalu. Dengan demikian, kata Sunarso, secara industri, pertumbuhan kredit perbankan bisa kembali ke level 15%-17%. Angka itu, menurutnya, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi target pertumbuhan kredit oleh Bank Indonesia tahun 2015 ini yang berada di level 11%-13% dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memproyeksikan pertumbuhan kredit 2015 di level 13%-15%. Selain itu, rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) perbankan secara industri, akan lebih baik ketimbang NPL perbankan pada tahun bershio kambing kayu ini.

NPL tahun depan menurutnya masih akan lebih baik. Relaksasi untuk penilaian kredit dari yang diberikan OJK masih bisa digunakan tahun depan, karena relaksasi kebijakan tersebut berlaku setidaknya sampai dengan dua tahun. “Saya pikir itu kebijakan yang sudah sangat antisipatif, maka sektor usaha dan perbankan masih akan menggunakan kebijakan itu. Masih akan memanfaatkan kebijakan tersebut dan mudah-mudahan NPL akan terbantu menjaga kualitas kredit," ujarnya. Lebih lanjut Sunarso menambahkan, sektor kredit yang harus diwaspadai tahun depan masih akan sama seperti tahun ini, yaitu komoditas. Menuturnya, baik bank maupun negara akan sangat baik untuk tidak mengadalkan komoditas terlebih yang berasal dari natural sources. "Semangatnya adalah jangan sekedar komoditas. Sangat perlu ada nilai tambahnya. Bank sudah mulai kurangi porsi untuk komoditas. Menurut saya, komoditas sepanjang diolah kemudian diberikan nilai tambah, tidak akan menimbulkan masalah terlebih diberikan nilai tambah selain dari alam, seperti teknologi, human capital. Sehingga akan ada nilai yang lebih tinggi," katanya.

 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan