KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi mewujudkan target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, kawasan industri mempunyai peran yang sangat penting. Mengingat, kegiatan operasional di kawasan industri yang bergerak 24 jam membutuhkan pasokan energi listrik yang stabil. Dan pemenuhan target bauran energi dapat terbantu secara signifikan jika sumber daya listrik dihasilkan dari EBT. Menurut Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Fabby Tumiwa, kawasan industri, terutama mereka yang mempunyai wilayah usaha, memiliki kewajiban untuk melakukan perubahan sumber energi primer untuk pembangkitan listrik demi terwujudnya transisi energi hijau.
Hal ini kata Fabby sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Rencana Umum Energi Nasional, yang menetapkan target bauran EBT sebesar 23% di 2025 dan capaian netral karbon pada 2060.
Baca Juga: Direktur Utama SUN Energy Berbagi Tips Liburan di Rumah "Jika dilihat dari hitungan target KEN & Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), sampai dengan tahun 2025, masih ada selisih 3-4 gigawatt. Maka itulah, kawasan industri dapat menjadi kunci untuk transisi energi yang lebih cepat terealisasi,” ungkap Fabby dalam keterangannya, Kamis 920/1). Salah satu pembangkit EBT yang dinilai paling potensial ialah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). SUN Energy sebagai pengembang proyek tenaga surya sangat memahami pentingnya kawasan industri bagi terciptanya bauran energi yang memanfaatkan PLTS atap. Sejalan dengan itu, SUN Energy pun telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan PT Sojitz Indonesia, bagian dari grup Sojitz Corporation. “Berdasarkan hasil studi SUN Energy, potensi pengembangan PLTS bersama Sojitz ini dapat mengurangi sekitar 83 juta ton emisi karbon dari kegiatan domestik di kawasan industri terbesar di antara Jakarta – Cikarang. Kami senang menjadi bagian dari kolaborasi dengan para pelaku bisnis di kawasan industri untuk memainkan peran penting menciptakan solusi energi surya terintegrasi bagi kawasan industri hijau dan modern. Selain itu, instalasi PLTS ini juga dapat merangsang penciptaan lapangan kerja hijau yang bermanfaat bagi perekonomian daerah,” ujar Dion Jefferson, Chief Commercial Officer SUN Energy. Sekedar informasi saja PT Sojitz Indonesia, bagian dari grup Sojitz Corporation adalah sebuah perusahaan konglomerasi dari Jepang dengan jaringan yang kuat secara global, memiliki lebih dari 500 perusahaan dan beroperasi di 50 negara, dan terdaftar di Tokyo Stock Exchange (TSE). SUN Energy dan Sojitz Indonesia (Sojitz) akan mengembangkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di perusahaan-perusahaan yang berada di Kawasan Industri Greenland International Industrial Center (GIIC), kawasan industri modern di Kota Deltamas, Cikarang, Jawa Barat.
Baca Juga: SUN Energy akuisisi PLTS terbesar di Australia Sinergi ini menunjukkan kontribusi Sojitz untuk membangun kawasan industri ramah lingkungan yang berkomitmen terhadap pelestarian alam melalui penggunaan energi baru terbarukan sebagai sumber energi alternatif. Implementasi teknologi PLTS di Kawasan GIIC yang memiliki lebih 130 tenant dari sektor otomotif serta turunannya, logistik, makanan, hingga data center, secara signifikan dapat mendorong pengurangan emisi karbon sebagai elemen penting dalam mengatasi perubahan iklim. Kerja sama untuk mewujudkan kawasan industri ramah lingkungan di GIIC yang dikembangkan bersama oleh Sinar Mas Land dan Sojitz sejak pertengahan tahun 1990an ini memperluas kolaborasi antara SUN Energy dengan Grup Sinar Mas untuk memberikan pelayanan terintegrasi dalam aksi nyata keberlanjutan perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto