Dorong Hilirisasi, Kemenperin Genjot Utilisasi Produksi Industri Sagu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan hilirisasi sagu di dalam negeri melalui dukungan peningkatan produksi pati sagu dan diversifikasi produk olahan pati sagu.

Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika mengatakan, Kemenperin bekerja sama dengan beberapa industri besar produsen pati sagu untuk meningkatkan utilisasi produksi industri sagu di dalam negeri.

“Utilisasi produksi industri pati sagu nasional saat ini masih sangat rendah yaitu di bawah 30%. Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan industri untuk memperoleh bahan baku empulur sagu,” kata dia dikutip dari siaran persnya, dikutip Jumat (8/3).


Ia menjelaskan, empulur sagu memiliki sifat yang mudah rusak karena cepat teroksidasi, sehingga industri tidak dapat memperoleh bahan baku empulur sagu dari lokasi yang jauh. 

Baca Juga: Kemenperin: Gelaran Business Matching 2024 Catat Nilai Komitmen Rp1.428 Triliun

Untuk itu, pemerintah bekerja sama dengan industri pati sagu untuk mengembangkan model bisnis industri dengan menggunakan sagu basah produksi UMKM sebagai bahan baku industri pati sagu. 

"Pemanfaatan sagu basah UMKM ini dapat memperlambat proses oksidasi sehingga jangkauan bahan baku industri pati sagu semakin luas serta dapat memberikan nilai tambah pada petani sagu," ujarnya.

Selain pengembangan model bisnis sagu, Kemenperin juga mendukung diversifikasi produk olahan pati sagu. 

Menurutnya, pati sagu saat ini sebagian besar banyak dikenal sebagai bahan untuk membuat papeda, namun saat ini sudah mulai tumbuh industri pengolahan sagu menjadi produk yang modern seperti mi instan dan beras analog. 

“Produk pangan olahan ini berpotensi menjadi pangan utama pengganti beras terutama pada saat terjadinya kelangkaan beras,” jelasnya.

Lebih lanjut, Putu menyampaikan, sagu berpotensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan sumber karbohidrat utama nasional karena Indonesia memiliki lahan sagu yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektare. 

“Luasnya lahan sagu tersebut dapat menjadi cadangan pangan sumber karbohidrat yang besar untuk dalam negeri maupun dunia, meskipun demikian pengolahan sagu dalam negeri belum secara masif dilakukan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat