Dorong kinerja, Timah (TINS) bakal genjot kinerja anak usaha batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) tak hanya fokus melunasi utang di tahun ini. TINS juga akan mendorong kinerja anak usaha agar bisa meraup laba di tahun ini.

Perusahaan tambang timah tersebut berencana mendorong kinerja anak usahanya yakni PT Tanjung Alam Jaya (TAJ) dalam hal produksi batubara. "Perseroan akan melakukan pelunasan dan fokus dengan anak usaha khususnya yang bergerak di sektor batubara yakni TAJ," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS Wibisono dalam konferensi pers usai RUPS yang digelar Selasa (6/4).

TAJ memiliki potensi produksi batubara sekitar 500.000 ton hingga 700.000 ton. Sebagai entitas anak tidak langsung yang dimiliki TINS, TAJ melakukan kegiatan penambangan di daerah Binuang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Penambangan Batubara (PKP2B) dengan luas wilayah kurang lebih 9.721 ha dan memiliki rata-rata GAR 6.200 Kcal/Kg.


"Harapannya, dengan penopang batubara dan timah, kinerja anak usaha bisa positif dan berkontribusi untuk kinerja PT Timah tahun ini," kata Wibisono.

Baca Juga: Prospek ANTM, TINS, PTBA, mana yang lebih menjanjikan tahun ini?

Mengutip laporan keuangan perusahaan,  produksi batubara TAJ meningkat 4% menjadi 105.912 metrik ton di 2020 dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 101.803 metrik ton. Peningkatan volume produksi tersebut juga diikuti peningkatan penjulan yang sangat signifikan, yaitu dari 46.671 metrik ton di 2019 menjadi 148.587 metrik ton di 2020 atau naik 218,37%.

Alhasil pendapatan kinerja keuangan TINS untuk segmen pertambangan batubara tumbuh 213% di 2020 menjadi Rp 122,07 miliar.

Sebagai informasi, TINS membukukan penurunan pendapatan usaha sebanyak 21,33% menjadi Rp 15,22 triliun sepanjang 2020, atau lebih rendah dibandingkan pendapatan tahun 2019 yakni 19,34 triliun. Untungnya, beban pokok pendapatan berhasil turun 22,54% menjadi Rp 14,10 triliun di 2020.

Namun, Timah membukukan rugi bersih Rp 341 miliar akhir 2020 atau lebih rendah dibandingkan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp 611 miliar.

"Prospek tahun ini, dimana kuartal I-2021 ada program vaksinasi, permintaan (timah) juga mulai naik sejalan dengan permintaan yang signifikan di Februari 2021," ungkap Purwoko, Selasa (6/4).

Selain itu, program vaksinasi juga diharapkan mampu mendorong perbaikan ekonomi global lebih cepat. Dengan begitu, proyeksinya ekonomi akan tumbuh positif tahun ini dan permintaan logam timah juga mengalami kenaikan.

Wibisono menambahkan, selain produksi yang turun dan berdampak pada penurunan penjualan tahun lalu, kinerja PT Timah juga terdampak  implementasi PSAK 71 yang menyebabkan adanya impaired terhadap nilai daripada piutang emiten timah tersebut.

Selanjutnya: Masih bukukan kerugian, PT Timah (TINS) tak bagikan dividen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat