KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan program dedieselisasi dapat menjadi salah satu strategi mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, di tengah kenaikan harga minyak dunia, transisi energi dari energi berbasis impor ke energi domestik menjadi langkah strategis yang harus segera dilakukan. Menurutnya, program dedieselisasi berpotensi mengurangi impor BBM serta menghemat devisa negara.
"PLN terus berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih di Tanah Air sebagai upaya menciptakan masa depan yang lebih baik. Selain itu, ini juga menjadi dukungan terhadap komitmen Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 untuk mewujudkan net zero emission pada 2060," kata Darmawan dalam gelaran, International Seminar: Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's de-dieselization sebagai rangkaian pertemuan Energy Transition Working Group (ETWG), di Yogyakarta, Rabu (23/03). Darmawan melanjutkan, program dedieselisasi bisa menghemat sekitar 67.000 kiloliter (kl) BBM. Selain itu, pengurangan emisi mencapai 0,3 juta metrik ton CO2 serta meningkatkan bauran energi mencapai 0,15%.
Baca Juga: Pelaku Usaha Nantikan Lelang Konversi PLTD oleh PLN Sementara itu, Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto menambahkan, program dedieselisasi terdiri dari tiga jenis program antara lain konversi PLTD ke pembangkit EBT, konversi ke gas serta konversi ke interkoneksi grid. Wiluyo memastikan, program konversi PLTD ke PLTS secara hibrid telah masuk dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. "Jumlah PLTD PLN di Indonesia saat ini mencapai 5,200 unit tersebar di 2130 lokasi yang rata-rata adalah lokasi isolated. Di tahun 2020 sendiri pemakaian BBM di PLN mencapai 2,7 juta kL atau setara dengan Rp 16 triliun," terang Wiluyo. Wiluyo menambahkan, program konversi PLTD ke EBT akan memiliki dua skema yakni dari PLTD ke PLTS dan baterai atau skema Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid PLTS-PLTD eksisting. Program konversi PLTD ke EBT ditargetkan menyasar 499 MW kapasitas pembangkit dan dilakukan dalam dua fase. Fase pertama yakni konversi PLTD sebesar 212 MW di 183 lokasi dengan skema hybrid PLTS dan baterai plus PLTD eksisting. Fase kedua akan dilakukan untuk skeitar 287 MW kapasitas pembangkit dengan memanfaatkan potensi energi baru terbarukan (EBT) yang terdekat. Adapun, untuk program konversi PLTD ke gas atau gasifikasi akan dilakukan untuk 304 MW kapasitas pembangkit. Selanjutnya, konversi PLTD ke grid dengan interkoneksi ke sistem dilakukan untuk total kapasitas 1.070 MW pembangkit. Menteri Energi Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan, program dedieselisasi ini menjadi program kunci dalam peta jalan yang telah disusun oleh Kementerian ESDM untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk mencapai target net zero emission 2060. "Program dedieselisasi ini menjadi langkah kecil dari PLN, tetapi akan menjadi lompatan besar bagi pencapaian target pemerintah menuju NZE 2060," ujar Arifin.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara, Pahala N. Mansyuri juga menilai program dedieselisasi sangat penting untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2045. Untuk mencapai visi tersebut, Indonesia harus mampu meningkatkan suplai energi dengan tetap memenuhi target dekarbonisasi yang dicanangkan. "Bagaimana kita harus tetap melanjutkan pertumbuhan secara berkelanjutan. Dedieselisasi akan menunjukkan bagaimana Indonesia mampu meningkatkan kapabiltas energi nasional secara berkelanjutan," tutur Pahala.
Baca Juga: Kadin Minta OJK dan Perbankan Beri Dukungan Swasta dalam Pengembangkan EBT Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat