KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia mendorong transisi energi bisa mencapai 23% di tahun 2025 dan 31% di tahun 2050. Bahkan, di 2060 ditargetkan emisi bisa menembus net zero. Hal ini sebagai salah bentuk menjaga ketahanan energi dan menciptakan ekonomi hijau berkelanjutan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan bioenergi atau biomassa. Untuk mewujudkan rencana pemerintah itu, Masyarakat Energi Biomassa Indonesia atau MEBI berkolaborasi dengan PT Media Artha Sentosa dalam penyelenggaraan kegiatan Heatech Indonesia, yang mencakup Expo Bioler dan Expo Biomass di Jakarta International Expo tanggal 5-7 Oktober 2023.
Dalam kegiatan ini, para peserta menampilkan produk dan solusi energi biomassa bagi industri. Selain itu, mengadakan seminar biomassa yang bertajuk
Switching to Biomass yang menekankan solusi transisi energi di Indonesia.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Hijau, Sejumlah Bank Pangkas Pendanaan ke Sektor Batubara Menurut Milton S. Pakpahan, Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), kegiatan ini diharapkan bisa menggiatkan pelaku industri untuk beralih menggunakan sumber energi terbarukan terutama di Biomassa. "Di sini kami mau mengubah
mindset pelaku industri bahwa tidak sesulit yang dibayangkan untuk beralih ke biomassa dan ini harus disebarluaskan terutama untuk generasi muda," kata Milton saat acara Press Conference Heatech Indonesia di Jakarta Expo Kemayoran, Kamis (5/10). Milton menambahkan, dunia bergerak dan bertransisi ke energi baru dan terbarukan, Indonesia juga harus beralih, diantaranya dengan dekarbonisasi dan diversifikasi energi melalui energi biomassa. Kebijakan pemerintah untuk transisi energi ini sebenarnya sudah disesuaikan dengan potensi sumber daya energi biomassa yang tersedia di wilayah Indonesia. Adapun energi biomassa dapat diperoleh dengan mengkonversikan bahan atau limbah hayati pertanian dan perkebunan dan kehutanan. Tak cuma itu, bisa juga pengolahan limbah industri argo seperti kelapa sawit, tebu, kelapa dan sampah yang setiap hari diproduksi oleh setiap individu
Baca Juga: Maaf, Pemerintah Tidak akan Menerima Pendanaan Hijau dengan Bunga Tinggi Harapannya, biomassa dapat menjadi solusi untuk transformasi energi yang lebih baik di pembangkit listrik maupun di industri. Bahkan, dengan penggunaan biomassa, dapat meningkatkan rasio elektrifikasi yang pada akhirnya akan mewujudkan ketahanan energi nasional. Sebagai catatan, berdasarkan data ESDM terakhir potensi biomassa Indonesia diperkirakan dapat menghasilkan atau setara 59 Giga Watt. Potensi riilnya ini diyakini lebih besar dari angka resmi.
Sebagai informasi, selain untuk pembangkit listrik, biomassa juga juga akan dioptimalkan melalui program
co-firing biomassa untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara yang sudah ada. Nantinya,
co-firing biomassa akan diterapkan pada 113 unit PLTU milik PLN di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.664 MW. Sebenarnya, penerapan
co-firing telah dilakukan sejak tahun 2020 dengan
blending rate 1% hingga 15% tergantung jenis
boiler serta ketersediaan bahan baku. Tujuan dari pembakaran bersama biomassa PLTU guna memenuhi keekonomian penyediaan tenaga listrik, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan “menghijaukan” PLTU lebih cepat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Francisca bertha