Dorong Pengiriman Tenaga Kerja ke Jepang, Mariku Gandeng KSP Artha Niaga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mariku AIC Indonesia berkomitmen untuk mendukung pengiriman tenaga kerja ke Jepang melalui penandatanganan memorandum of understanding (MoU) dengan Nusantaraku by KSP Artha Graha.

Penandatangan ini untuk mendukung pengiriman tenaga kerja dari Indonesia ke Jepang. Sebab, peluang kerja di Jepang terus berkembang, menawarkan kesempatan besar bagi tenaga kerja Indonesia untuk berkarier di berbagai sektor.

Mauluda Malik, Komisaris PT Mariku AIC Indonesia, menjelaskan, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Jepang diarahkan untuk mengisi kekurangan di sektor tertentu, terutama karena batasan jumlah pekerja migran dari Vietnam yang sudah cukup banyak.


Ketika kontrak habis, mereka harus kembali ke negara asal. Permintaan tenaga kerja baru lebih diarahkan ke Indonesia, sehingga ke depan sangat besar.

Menurut informasi, dalam 5-10 tahun ke depan, Indonesia bisa menyumbang sekitar 300.000 tenaga kerja tambahan ke Jepang.

"Secara total, diharapkan ada sekitar 500.000 orang Indonesia yang tinggal di Jepang, yang saat ini sudah hampir 200.000," ungkapnya menjawab pertanyaan KONTAN, pada Jumat (18/10).

Baca Juga: BIRU & Hotel Royal Tulip Gunung Geulis Kolaborasi Dorong Penyerapan Tenaga Kerja SMK

Mariku sudah mengirim 700 orang sejak 2022 lalu. Ke depan, Mariku menargetkan bisa mengirim 500 orang per tahun. 

Mengenai batasan umur untuk pekerja, perusahaan penerima di Jepang biasanya lebih memilih pekerja hingga usia 35 tahun, agar izin tinggal mereka bisa bertahan antara 5-10 tahun.

Mauluda juga menjelaskan, P3MI, perusahaan swasta yang mengurus biaya proses administratif, biasanya mengenakan biaya sekitar Rp 25 juta. Pembayaran dilakukan secara bertahap setelah proses pemberkasan dimulai dan Certificate of Eligibility (COE) keluar.

"Jika ada tenaga kerja yang mendaftar ke kami dan ingin berangkat, kami juga bisa memberikan pinjaman untuk biaya hidup awal di Jepang, tanpa agunan," tambah Mauluda.

Untuk persyaratan dokumen, sertifikasi bahasa diperlukan sebelum berangkat, dengan proses belajar yang biasanya memakan waktu antara 4 hingga 6 bulan.

Sebagai informasi, Mariku telah memberangkatkan hampir 700 orang dalam setahun, dan target ke depan bisa mencapai 1.000 orang, dengan keberangkatan setiap minggu.

Baca Juga: Jumlah Tenaga Kerja Bertambah Setelah Mengikuti Pilot Program Makanan Begizi Gratis

Gaji awal di Jepang berkisar antara Rp 17 juta hingga 25 juta per bulan, dan biasanya mereka bisa mengirimkan uang ke keluarga di Indonesia sekitar Rp 10 juta per bulan.

PT Mariku mengarahkan tenaga kerja ke sektor yang paling dibutuhkan, seperti manufaktur dan pengolahan makanan. Sementara itu, sektor caregiver memiliki syarat kelulusan yang cukup tinggi dan tidak banyak yang mau mendaftar.

Pendidikan minimal yang dibutuhkan untuk tenaga kerja di Jepang adalah SMA atau sederajat, dan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan visa.

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Afriansyah Noor, menyatakan kebanggaannya atas inisiatif Nusantaraku dalam pemberangkatan PMI ke luar negeri, khususnya Jepang.

"Dalam hal ini tidak ada gratis, semua berbiaya. Biayanya itu gimana pertanggung jawabannya, ada mahal, sedang, murah, tidak ada gratis," ujar Afriansyah.

Dia juga menekankan pentingnya sistem ketenagakerjaan yang lebih baik ke depannya, dengan prioritas pengiriman tenaga kerja ke Jepang, serta rencana untuk Korea, Taiwan, dan Hong Kong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Francisca bertha