KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Restorasi Gambut (BRG) menggelar pelatihan peningkatan kader peduli gambut. Pelatihan ini melibatkan Majelis Lingkungan Hidup (MLH), Majelis Tabligh, dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Pelatihan kader sekolah lapang tanpa bakar ini digelar secara virtual dan diikuti sejumlah kader dan Jamaah Tani Muhammadiyah di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri mengatakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar ini merupakan bagian dari MoU antara BRG dan Muhammadiyah. Kerja sama ini sebagai bentuk penyebaran pesan untuk restorasi gambut kepada seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah. “Kegiatan ini membicarakan bagaimana gerakan dan upaya mendukung petani gambut,” kata Myrna, dalam keterangannya, Jumat (13/11). Myrna mengatakan kegiatan pertanian sudah menjadi sejarah panjang di area gambut. Secara tradisional, membuka lahan dengan membakarnya dianggap cara yang mudah dan murah. Myrna menyebut, larangan membuka lahan secara praktis ini akan menimbulkan resistensi dari petani dan warga. Untuk itu, kata Myrna, BRG menggali teknik dan formulasi yang dikerjakan hingga tercetuslah teknologi tanpa bakar. “Para petani dapat mengembangkan pertanian tanpa membakar, sehingga menjaga alam sedemikian rupa,” ujar dia.
Dorong peningkatan kepedulian pada lahan gambut, BRG gandeng PP Muhammadiyah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Restorasi Gambut (BRG) menggelar pelatihan peningkatan kader peduli gambut. Pelatihan ini melibatkan Majelis Lingkungan Hidup (MLH), Majelis Tabligh, dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Pelatihan kader sekolah lapang tanpa bakar ini digelar secara virtual dan diikuti sejumlah kader dan Jamaah Tani Muhammadiyah di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri mengatakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar ini merupakan bagian dari MoU antara BRG dan Muhammadiyah. Kerja sama ini sebagai bentuk penyebaran pesan untuk restorasi gambut kepada seluruh anggota persyarikatan Muhammadiyah. “Kegiatan ini membicarakan bagaimana gerakan dan upaya mendukung petani gambut,” kata Myrna, dalam keterangannya, Jumat (13/11). Myrna mengatakan kegiatan pertanian sudah menjadi sejarah panjang di area gambut. Secara tradisional, membuka lahan dengan membakarnya dianggap cara yang mudah dan murah. Myrna menyebut, larangan membuka lahan secara praktis ini akan menimbulkan resistensi dari petani dan warga. Untuk itu, kata Myrna, BRG menggali teknik dan formulasi yang dikerjakan hingga tercetuslah teknologi tanpa bakar. “Para petani dapat mengembangkan pertanian tanpa membakar, sehingga menjaga alam sedemikian rupa,” ujar dia.