Dorong Penyelesaian Politik, China Prihatin Situasi Tegang di Semenanjung Korea



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Beijing prihatin dengan situasi tegang di Semenanjung Korea, utusan urusan China untuk Korea mengatakan, saat tiba untuk pembicaraan di Seoul minggu ini.

Di tengah pembicaraan denuklirisasi yang terhenti, Korea Utara melakukan serangkaian uji coba senjata tahun ini, dari rudal hipersonik hingga rudal balistik antarbenua (ICBM).

Korea Utara tidak melakukan uji coba ICBM atau senjata nuklir sejak 2017. Para pejabat di Korea Selatan dan AS menyatakan, ada tanda-tanda persiapan untuk uji coba nuklir baru.


Baca Juga: Kim Jong Un Serukan Penguatan Militer Korea Utara, Persiapkan Uji Coba Nuklir

"Kekhawatiran yang sah dan masuk akal dari semua pihak perlu diakui, agar ada penyelesaian politik," kata Liu Xiaoming, Perwakilan Khusus Pemerintah China untuk Urusan Semenanjung Korea, mengatakan kepada wartawan di bandara Seoul, Minggu (1/5) malam.

"Kami meminta semua pihak untuk tetap tenang dan menahan diri, dan kami tidak menyetujui tindakan pihak mana pun yang bisa meningkatkan ketegangan," ujarnya dalam ringkasan sambutannya di Twitter, seperti dikutip Reuters.

Dalam kunjungan pertamanya ke Korea Selatan sejak menjabat pada April 2021, Liu dijadwalkan bertemu rekannya dari Korea Selatan, utusan nuklir Noh Kyu-duk, pada Selasa (3/5). 

Baca Juga: Kim Jong Un: Kekuatan Nuklir Korea Utara Juga Harus Selesaikan Misi Tidak Terduga

Dia juga akan bertemu dengan perwakilan dari Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol, yang akan menjabat pada 10 Mei, kantor berita Yonhap melaporkan.

Amerika Serikat telah mendorong lebih banyak sanksi PBB terhadap Korea Utara. Namun, China dan Rusia telah mengisyaratkan oposisi, dengan alasan, sanksi harus dilonggarkan untuk memulai pembicaraan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke Korea Utara yang miskin.

Masalah di semenanjung Korea bisa diselesaikan secara politik dan China akan terus memainkan peran positif, Liu menegaskan. Tapi, kunci untuk menyelesaikan masalah ada di tangan Korea Utara dan Amerika Serikat.

Editor: S.S. Kurniawan