KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memberikan tambahan insentif makroprudensial selama tahun 2023 untuk mendorong penyaluran kredit dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam buku Pertemuan Tahunan BI 2023, BI menyebut tambahan insentif likuiditas pada tahun 2023 diberikan melalui beberapa kebijakan. Seperti, meningkatkan besaran insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan pada sektor prioritas.
Sejak April 2023, besaran insentif ditingkatkan dari 1,5% menjadi 4,0% dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2023.
Baca Juga: IMF: Kebijakan Makroprudensial Akomodatif akan Ringankan Risiko Finansial Masyarakat Namun, cakupan sektor prioritas diperkuat pada sektor-sektor hilirisasi mineral dan pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, kemudian untuk perumahan termasuk perumahan rakyat, pariwisata dan ekonomi kreatif. Juga untuk meningkatkan inklusi keuangan dan ekonomi keuangan hijau. Kenaikan besaran insentif likuiditas sejak April 2023 telah dimanfaatkan oleh perbankan hingga mencapai Rp 108,15 triliun. Kemudian, kenaikan besaran insentif likuiditas dan perluasan cakupan KLM sejak Oktober 2023 telah memberikan tambahan likuiditas sebesar Rp 29,82 triliun, sehingga likuiditas bertambah menjadi sebesar RP 137,97 triliun kepada 120 bank.
Baca Juga: Kredit Menggeliat, Likuiditas Perbankan di BI Kian Susut Kemudian, fleksibilitas likuiditas perbankan juga ditingkatkan melalui penurunan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) yang sekaligus untuk meningaktkan kredit/pembiayaan dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Demikian pula, seluruh instrumen kebijakan makroprudensial dilonggarkan, termasuk kebijakan Countercyclical Capital Buffer (CCyB), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM). Juga Rasio Loan to Value/ Financing to Value (LTV/FTV) kredit/pembiayaan properti, serta ketentuan uang muka kredit/pembiayaan kendaraan bermotor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi