Dorongan dari sektor riil bisa memperkokoh rupiah



JAKARTA. Dana asing terus mengalir ke dalam negeri seiring dengan gejolak ekonomi global. Suku bunga negatif di beberapa negara membuat investor cenderung menarik dananya dan masuk ke pasar modal dengan yield tinggi, seperti Indonesia.

Masuknya aliran dana asing ke dalam negeri membuat iklim investasi semakin membaik. Imbasnya positif bagi rupiah. Apalagi disertai dengan optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service tetap menegaskan peringkat Indonesia pada level layak investasi alias investment grade.

Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata mengatakan, meski aliran dana asing banyak yang masuk ke Indonesia, kondisi rupiah akan tetap dinamis seiring dengan dinamisnya current account.


Ekonomi global yang belum menentu serta resiko dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri dapat memicu aliran dana asing kembali meninggalkan Indonesia.

Apalagi, jika investor menganggap imbal hasil investasi dalam negeri tidak lagi menguntungkan. "Ekonomi Amerika Serikat lebih bisa diprediksi dengan arah kebijakan The Fed. Namun, untuk China cenderung lebih sulit. Sementara ekonomi Indonesia bergantung pada harga komoditas yang sebagian besar diekspor ke China," papar Josua.

Resiko pelemahan nilai tukar rupiah tetap terbuka jika gejolak global membuat investor melarikan dananya keluar emerging market.

Untuk itu, Josua berharap pemerintah mendorong investasi di sektor riil. Misalnya, dengan program pembangunan yang berkelanjutan. "Pembangunan infrastruktur harapannya lebih jelas lagi," imbuhnya.

Pasalnya, saat ini Josua melihat investor masih ragu untuk berinvestasi di sektor riil. Ini seharusnya menjadi fokus pemerintah ke depan. Namun demikian, suku bunga BI yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong ekonomi khususnya di sektor riil sehingga dampaknya akan positif bagi rupiah.

Di pasar spot, Jumat (19/2) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS terkikis 0,04% ke level Rp 13.509 dari sehari sebelumnya. Sedangkan sepekan terakhir rupiah melemah 0,57%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie