Berawal dari kesukaan menyantap steik, Afit Dwi Purwanto sukses mengembangkan bisnis steik di Jakarta. Bisnisnya maju lantaran menjadikan steik wagyu sebagai menu andalan dengan harga murah. Dalam sebulan, ia menghabiskan 3 ton daging sapi dengan omzet ratusan juta.Para pecinta daging bakar alias steik (steak) mungkin sudah tak asing lagi dengan menu steik wagyu. Steik dengan bahan dasar daging sapi wagyu sudah sangat tenar karena rasanya yang lezat dengan tekstur daging daging yang lembut. Dahulu, steik wagyu merupakan menu istimewa yang banyak dijual di restoran-restoran ternama. Harganya pun tidak murah. Namun, di tangan Afit Dwi Purwanto, santapan untuk kalangan jetset itu bisa dinikmati juga oleh kalangan menengah. Di bawah bendera usaha Holycow! Steakhouse, ia menghadirkan steik wagyu dengan harga jauh lebih murah ketimbang resto.Rasanya juga tak kalah lezat dibandingkan dengan buatan restoran. Dengan terobosannya ini, boleh di bilang, kedai steik-nya merupakan kedai pertama yang menjual steik wagyu berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Untuk dapat menikmati seporsi wagyu di Holycow! Steakhouse, pengunjung cukup membayar Rp 35.000 – Rp 150.000. Tak ayal, pelanggan pun rela mengantre demi menikmati wagyu lezat ala Holycow! Steakhouse. Bahkan, tak jarang, konsumen mengantre hingga 30 menit sebelum warung Holycow! Steakhouse buka. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Afit menghabiskan sekitar 2,5 ton hingga 3 ton daging sapi setiap bulannya. Lantaran peminatnya tinggi, bisnis steik Afit ini terus berkembang. Setelah membuka kedai pertama di di Senopati, Jakarta Selatan, tahun ini ia juga membuka gerai baru di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dari usaha ini, omzetnya mencapai ratusan juta per bulan. Bisnis ini dipilihnya karena dia memang penyuka steik. Ide bisnisnya sendiri muncul setelah ia menyantap steik wagyu di salah satu restoran di Jakarta. "Saya pernah makan wagyu di salah satu restoran di Plaza Senayan seharga Rp 900.000 per porsi," kata Afit.Ia mengaku, lezatnya steik wagyu tersebut membuatnya tidak bisa tidur pada malam itu. Keesokan harinya, ia pun mencari bahan baku wagyu dengan harga jauh lebih murah dan ia olah dengan bumbu racikannya sendiri. Sejak itu, ia terbiasa memasak wagyu sendiri, minimal sekali dalam sebulan. Dari sekadar coba-coba meracik bumbu, ia kemudian menjajakan steik buatannya itu kepada rekan dan koleganya. Tak dinyana, semua suka dan memuji kreasi Afit dalam mengolah daging sapi yang lezat. Mendapat peluang, mulailah, ia kemudian melayani pesanan katering. Akhirnya, pada Maret 2010, ia memutuskan untuk membuka Holycow! Steakhouse.Sejak awal, Afit memang mengusung konsep warung untuk mengembangkan bisnis steiknya ini. Pasalnya, Holycow! Steakhouse berangkat dari ide “Wagyu For Everyone!”. Jadi, menu yang dihidangkan di tempat itu bisa dinikmati dengan harga yang terjangkau. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Doyan steik, Afit sukses jadi juragan steik (1)
Berawal dari kesukaan menyantap steik, Afit Dwi Purwanto sukses mengembangkan bisnis steik di Jakarta. Bisnisnya maju lantaran menjadikan steik wagyu sebagai menu andalan dengan harga murah. Dalam sebulan, ia menghabiskan 3 ton daging sapi dengan omzet ratusan juta.Para pecinta daging bakar alias steik (steak) mungkin sudah tak asing lagi dengan menu steik wagyu. Steik dengan bahan dasar daging sapi wagyu sudah sangat tenar karena rasanya yang lezat dengan tekstur daging daging yang lembut. Dahulu, steik wagyu merupakan menu istimewa yang banyak dijual di restoran-restoran ternama. Harganya pun tidak murah. Namun, di tangan Afit Dwi Purwanto, santapan untuk kalangan jetset itu bisa dinikmati juga oleh kalangan menengah. Di bawah bendera usaha Holycow! Steakhouse, ia menghadirkan steik wagyu dengan harga jauh lebih murah ketimbang resto.Rasanya juga tak kalah lezat dibandingkan dengan buatan restoran. Dengan terobosannya ini, boleh di bilang, kedai steik-nya merupakan kedai pertama yang menjual steik wagyu berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Untuk dapat menikmati seporsi wagyu di Holycow! Steakhouse, pengunjung cukup membayar Rp 35.000 – Rp 150.000. Tak ayal, pelanggan pun rela mengantre demi menikmati wagyu lezat ala Holycow! Steakhouse. Bahkan, tak jarang, konsumen mengantre hingga 30 menit sebelum warung Holycow! Steakhouse buka. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Afit menghabiskan sekitar 2,5 ton hingga 3 ton daging sapi setiap bulannya. Lantaran peminatnya tinggi, bisnis steik Afit ini terus berkembang. Setelah membuka kedai pertama di di Senopati, Jakarta Selatan, tahun ini ia juga membuka gerai baru di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dari usaha ini, omzetnya mencapai ratusan juta per bulan. Bisnis ini dipilihnya karena dia memang penyuka steik. Ide bisnisnya sendiri muncul setelah ia menyantap steik wagyu di salah satu restoran di Jakarta. "Saya pernah makan wagyu di salah satu restoran di Plaza Senayan seharga Rp 900.000 per porsi," kata Afit.Ia mengaku, lezatnya steik wagyu tersebut membuatnya tidak bisa tidur pada malam itu. Keesokan harinya, ia pun mencari bahan baku wagyu dengan harga jauh lebih murah dan ia olah dengan bumbu racikannya sendiri. Sejak itu, ia terbiasa memasak wagyu sendiri, minimal sekali dalam sebulan. Dari sekadar coba-coba meracik bumbu, ia kemudian menjajakan steik buatannya itu kepada rekan dan koleganya. Tak dinyana, semua suka dan memuji kreasi Afit dalam mengolah daging sapi yang lezat. Mendapat peluang, mulailah, ia kemudian melayani pesanan katering. Akhirnya, pada Maret 2010, ia memutuskan untuk membuka Holycow! Steakhouse.Sejak awal, Afit memang mengusung konsep warung untuk mengembangkan bisnis steiknya ini. Pasalnya, Holycow! Steakhouse berangkat dari ide “Wagyu For Everyone!”. Jadi, menu yang dihidangkan di tempat itu bisa dinikmati dengan harga yang terjangkau. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News