DP naik, mobil seken lesu



JAKARTA. Penerapan kebijakan kenaikan uang muka atau down payment (DP) kredit kendaraan oleh Bank Indonesia (BI) minimal 30% mulai 15 Juni nanti bakal menggerus bisnis otomotif. Termasuk bisnis mobil bekas. Salah satu pemain besar di bisnis mobil seken yang ketar-ketir dengan kebijakan bank sentral ini adalah Mobil 88.

Menurut Leofan Wijaya, General Manager Mobil 88, penerapan kenaikan uang muka ini bakal berpengaruh langsung terhadap bisnis anak usaha PT Astra International Tbk ini. Pasalnya, sekitar 90% dari transaksi bisnis lewat kredit di Mobil 88, si konsumen harus membayar uang muka antara 15%-20% saja. "Dampak kenaikan tarif uang muka kredit ini membuat penjualan Mobil 88 akan terkoreksi 20% sepanjang tahun ini,” ujarnya kepada KONTAN, Minggu (3/6).

Meski porsi pembelian kredit di Mobil 88 cuma 25% saja dan sebesar 75% adalah tunai, toh bisa mengganggu kinerja Mobil 88. Rupanya, pembelian mobil berbanderol rata-rata Rp 150 juta sekitar 50%-nya memakai skim kredit.


Awalnya, Mobil 88 ini yakin bisnis mobil bekas di tahun ini bakal positif. Mereka pun sempat menargetkan bisa meningkatkan penjualan hingga 18.000 unit atau naik 20% dari penjualan tahun 2011 yang cuma 15.000 unit.

Namun dengan adanya koreksi pertumbuhan sebesar 20% ini, maka penjualan Mobil 88 di tahun ini bakal stagnan. Alias sama dengan hasil tahun lalu yang sebesar 15.000 unit.

Meski pasar mobil bekas bakal stagnan, rencana Mobil 88 untuk menambah gerai penjualan tidak mengalami koreksi. Menurut Leofan, Mobil 88 bakal menambah dua gerai purna jual lagi di Palembang dan Balikpapan. Sayang, ia enggan memberikan angka soal nilai investasi setiap gerai penjualannya ini.

Saat ini, Mobil 88 mempunyai 18 gerai penjualan berikut layanan perbaikan. Outlet purna jual Mobil 88 sendiri berada di beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Denpasar.

Sahabat Motor, penjual mobil seken di kawasan Kemayoran, Jakarta Utara, juga mengeluhkan kenaikan uang muka kredit ini. Ave, Marketing Executive Sahabat Motor menuturkan kenaikan ini bisa menurunkan penjualan Sahabat Motor sekitar 25%. Selama ini, konsumen yang membeli mobil di Sahabat Motor dengan skema kredit bakal terkena uang muka minimal 15%-20% dari harga mobil.

Menurut Ave, sebelumnya Sahabat Motor menargetkan penjualan sebanyak 20 unit per bulan sepanjang tahun ini. Namun setelah adanya kebijakan uang muka yang bakal berlaku pertengahan Juni ini, Sahabat Motor hanya berani menargetkan penjualan sebanyak 15 unit saja per bulan. Angka itu sama dengan hasil yang diraih Sahabat Motor pada tahun 2011. “Sudah banyak konsumen yang mengeluh dengan rencana kenaikan tarif uang muka kredit sehingga kami sudah jelas akan terkena dampaknya,” ujarnya.

Mobil-mobil dari Toyota tercatat paling laris di toko ini. Sekitar 60% mobil yang terjual di Sahabat Motor bermerek Toyota. Sisanya dari merek merek Suzuki, Daihatsu, dan Honda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie