DPK Bank Jatim tumbuh 16,48% jadi Rp 30,27 triliun



JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Tbk berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 30,27 triliun sepanjang 2014 lalu. Angka ini tumbuh 16,48% dibandingkan dengan capaian DPK 2013 yang sebesar Rp 25,98 triliun. Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Sukrianto mengungkapkan, kontribusi terbesar pertumbuhan DPK perseroan berasal dari giro yang porsinya mencapai 38,48%. Angka ini setara dengan Rp 11,65 triliun terhadap total keseluruhan DPK Bank Jatim. Pertumbuhan giro tahun 2014 tumbuh sebesar 16,86% dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp 9,96 triliun. Sumbangan DPK terbesar kedua di bank dengan kode emiten BJTM ini berasal dari tabungan yang porsinya mencapai 36,30% atau setara dengan Rp 10,99 triliun. Pertumbuhan tabungan di Bank Jatim per akhir 2014 naik sebesar 10,23% dibandingkan tahun 2013 yang mencapai Rp 9,97 triliun. Sementara itu, pertumbuhan simpanan dana mahal atawa deposito di Bank Jatim menyumbang porsi sebesar 25,20% terhadap keseluruhan DPK. Angka ini setara dengan Rp 7,63 triliun. Meski begitu, pertumbuhan dana mahal di Bank Jatim secara tahunan merupakan yang paling tinggi dibandingkan tabungan dan giro karena mencapai 26,16% dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 6,04 triliun. “Dengan komposisi tersebut, rasio CASA (current account and saving account) di Bank Jatim tetap terjaga di posisi 74,80% terhadap keseluruhan DPK per akhir Desember 2014,” ucap Hadi dalam paparan kinerja Bank Jatim di Jakarta, Rabu (11/3). Lebih lanjut Hadi menambahkan, di tahun bershio kambing kayu ini, perseroan terus fokus meningkatkan produk dan layanan berbasis teknologi seperti internet banking, mobile banking, priority banking dan lainnya melalui berbagai pertimbangan untuk kemajuan Bank Jatim. Hal ini ditujukan sebagai alternatif delivery channel selain teller dan juga anjungan tunai mandiri (ATM) dan SMS Banking. “Semua rencana pengembangan dan penerbitan produk serta layanan ini sedang dalam tahap persiapan dan akan menunggu persetujuan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan) terlebih dahulu sebelum diluncurkan,” katanya. Selain itu, Bank Jatim juga tengah melirik potensi dari Layanan Keuangan tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Menurut Hadi, program Laku Pandai memang belum ada dalam rancangan bisnis bank (RBB) 2015 yang telah diserahkan kepada regulator baik OJK dan juga Bank Indonesia pada akhir tahun 2014 lalu. Hal ini lantaran perseroan masih menunggu kajian yang detail atas Laku Pandai pada tahun 2014 kemarin. “Kami akan mengkaji aturan Laku Pandai secara mendetail, karena potensi pasarnya sangat besar. Kami juga tidak ingin kehilangan pangsa pasar, karena bank lain sudah menuju Laku Pandai,” jelas Hadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan