KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) masih melanjutkan perlambatan. DPK perbankan pada November 2023 hanya tumbuh 3,04%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tumbuh 3,43%. Salah satu penyebab perlambatan DPK tersebut adalah tergerusnya dana simpanan tabungan nasabah di perbankan untuk kemudian digunakan memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Fakta ini didukung data laporan Survei Konsumen BI per November 2023 bahwa rata-rata proporsi pendapatan masyarakat yakni sebanyak 75% digunakan untuk konsumsi, lainnya digunakan untuk membayar cicilan utang (9,3%), dan sebagiannya lagi disimpan di bank (15,4).
Jika melihat porsi dari alokasi pendapatan masyarakat tersebut, artinya alokasi dana untuk cicilan utang lebih besar ketimbang alokasi dana yang disimpan di bank. Alhasil, rasio tabungan masyarakat juga bergerak lambat saban bulannya. Misalnya saja jika melihat data BI per November 2023, rasio tabungan masyarakat dengan pendapatan di atas Rp 5 juta, porsinya hanya sebanya 16,3% dari total pendapatan. Ini lebih rendah dari porsi simpanan tabungan sebanyak 18% pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Pertumbuhan DPK Kembali Melambat, BI Optimistis Likuditas Perbankan Belum Ketat Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, salah satu penyebab tergerusnya simpanan tabungan masyarakat terutama untuk kalangan dengan pendapatan di bawah Rp 100 juta, adalah karena kerentanan mereka akan dampak dari inflasi, belum lagi dengan pendapatan mereka yang juga cenderung melambat. Di sisi lain, perbankan mencatat pertumbuhan segmen kredit konsumsi terus meningkat. Yang paling tinggi terjadi pada segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), bahkan pertumbuhannya melampaui pertumbuhan kredit perbankan secara industri. Dus, simpanan tabungan tergerus untuk membayar cicilan tidak terelakkan lagi, apalagi ditambah dengan era suku bunga tinggi dan juga meningkatnya inflasi pada 2021-2023. "Tapi ke depannya, laju pertumbuhan tabungan masyarakat diperkirakan masih akan relatif solid," kata Josua kepada Kontan. Di tambah lagi dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat sepanjang tahun 2023 (Januari-September) porsi penempatan dana nasabah di tabungan bank juga menunjukkan tren pelemahan. Nilai penempatan dana di tabungan tidak bergeser dari kisaran Rp 1.700 -an triliun sejak Januari 2023, bahkan yang terendah sempat menyentuh Rp 1.698,7 triliun per Mei 2023. Sejumlah bankir membenarkan saat ini industri perbankan sedang mengalamai pengetatan likuiditas, karena DPK tumbuh lebih lambat daripada kredit yang disalurkan bank. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya, yang mencatat selama sembilan bulan pertama 2023, segmen simpanan tabungan nasabah sudah menyusut 7,68% YoY menjadi Rp 42,199 triliun per September 2023. Sementara per November 2023, sudah bergerak naik dan tumbuh sebesar 8,8% YoY menjadi Rp 41,62 triliun. Namun jika dibandingkan dengan September 2023, jumlah simpanan tabungan tersebut justru terkontraksi 1,37%. Direktur Distribution & Funding Bank BTN Jasmin mengatakan, penurunan simpanan tabungan tersebut dikarenakan banyaknya masyarakat yang menggunakannya untuk kebutuhan konsumsi. Alhasil perlambatan DPK pun tidak terelakkan yang kemudian membuat likuiditas di BTN masih mengetat. Adapun tren simpanan nasabah yang cenderung sedikit melesu ini, sejalan dengan aspek pengeluaran nasabah (kredit) yang meningkat. "Saat ini memang kondisi likuiditas di BTN masih ketat, sama dengan industri perbankan pada umumnya namun likuiditas BTN masih cukup untuk membiayai ekspansi kredit sampai dengan akhir tahun," kata Jasmin kepada kontan, Kamis (21/12) Di sisi lain, aspek alternatif investasi juga menjadi attribute pelemahan pertumbuhan dana di simpanan tabungan.
Baca Juga: Penempatan Dana Masyarakat di Perbankan dan Produk Investasi Melambat Senada, Direktur Bisnis PT Bank J Trust Indonesia Tbk Widjaja Hendra mengatakan DPK perbankan khususnya dana murah seperti tabungan memang menunjukkan perlambatan. Salah satu penyebabnya adalah perbankan yang saat ini tengah mengejar sisa akhir tahun untuk menarik dana murah dari masyarakat, sehingga persaingan yang ketat pun tidak terelakkan. "Pasti melambat, ini disebabkan banyak bank ambil posisi untuk akhir tahun sehingga memberikan banyak insentif untuk pertahankan dana DPK ini," kata dia kepada Kontan, Kamis (21/12). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat