DPK Valas Capai Rp 76 Triliun, Kredit Valas BCA Tumbuh 35,7% di September 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk memiliki likuiditas valuta asing (valas) yang memadai dalam memacu pembiayaan valas. Salah satu sumber likuiditas ini berasal dari memapun BCA menghimpun dana pihak ketiga (DPK) valas. 

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyatakan penyaluran kredit valas BCA meningkat 35,7% secara tahunan mencapai Rp 45 triliun per September 2022. 

"DPK valas BCA mengalami pertumbuhan sebesar 11,4% secara tahunan menjadi Rp 76 Triliun per September 2022," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/10). 


Baca Juga: Permintaan Kredit Valas Tinggi, BNI Kerek Bunga Deposito Valas hingga 30 Basis Poin

Sejalan dengan hal tersebut, BCA mencermati transaksi valuta asing ikut tumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional saat ini. Transaksi valuta asing yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan export import dan remmitances. 

"Ke depannya, BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," paparnya. 

Memang, kenaikan bunga The Fed telah membuat likuiditas valuta asing perbankan mengetat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit valas perbankan mencapai Rp 932,61 triliun hingga Agustus 2022. Nilai ini meningkat 16,71% secara tahunan dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 799,05 triliun. 

Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh 11,84% secara tahunan dari Rp 990,67 triliun di Agustus 2021 menjadi Rp 1.107,94 triliun di Agustus 2022. Bahkan, kondisi ini semakin mengetat di September 2022. 

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kredit valas di September tumbuh 18,1%, sementara DPK hanya naik 8,4%. Ia menyatakan, bila hanya melihat sumber valas dari DPK saja makan likuiditas valas terkesan terbatas. 

Baca Juga: Likuiditas Valas Mengetat, Ini Cara Perbankan Cari Sumber Pendanaan

“Tapi kalau kita lihat sumber pendanaan dari bank terkait valas itu  variasi. Ada berupa pinjaman maupun penerbitan surat berharga. Bahkan surat berharga negara (SBN) yang dimiliki oleh perbankan bisa dilakukan repo untuk dapatkan valas,” ujarnya.  

Sejauh ini, ia mengaku bank sentral terus mengamati perkembangan likuiditas valas. BI akan melakukan intervensi pasar bila ternyata supply valas di pasaran semakin terbatas. 

“Kalau memang benar kalau supplynya terbatas di pasar, kita berusaha stabilitaskan di pasar, karena kita punya fundamental dari rupiah itu sendiri,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi