DPK Valas Perbankan Tumbuh 12,1% Jadi Rp 1.049,6 Triliun hingga Agustus



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mulai menyesuaikan bunga simpanan valuta asing (valas) seiring dengan kenaikan bunga Bank Indonesia (BI). Ini membuat, simpanan dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan ikut naik di saat mata uang dolar AS kian perkasa. 

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memantau pada 22 Agustus hingga 16 September 2022 perkembangan suku bunga pasar SBP simpanan valas terpantau naik sebesar 20 bps menjadi sebesar 0,44%. Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan ini sebagai dampak ekspektasi kenaikan suku bunga kebijakan the Fed dan kondisi likuiditas valas dengan ruang lanjutan peningkatan cukup terbuka pasca FOMC September 2022.

Adapun data BI mencatatkan DPK valas perbankan mampu tumbuh 12,1% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 1.049,6 triliun per Agustus 2022. Jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK rupiah yang hanya naik 7,6% menjadi Rp 6.305,1 triliun pada periode yang sama. 


PT CIMB Niaga mencatatkan dollar Amerika Serikat saat ini menjadi mata uang yang paling banyak dipilih oleh nasabah. Noviady Wahyudi, Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk menyatakan mata uang lainnya yang diminan ialah euro dan dolar Singapura.

Baca Juga: Kredit Perbankan di Bali Perlu Perhatian Khusus

Bank bersandi saham BNGA ini telah menyesuaikan bunga simpanan untuk menangkap peluang penambahan simpanan valas khususnya dolar AS. Noviady menyatakan asalan penyesuaian ini sebagai bentuk assessment kondisi pasar di mana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

“Dengan penyesuaian bunga simpanan Valas, kami berharap dapat menangkap peluang untuk penambahan simpanan Valas hingga akhir tahun ini,” ujar Noviady kepada Kontan.co.id pada Minggu (9/10). 

Ia menyatakan pada semester I 2022 DPK Valas CIMB Niaga tumbuh 7,0% YoY. Adapun jenis simpanan yang mengalami pertumbuhan terbesar datang dari deposito valas dengan 19,9% YoY.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan kenaikan bunga acuan sudah berdampak kepada bunga deposito valas. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyebut khususnya untuk suku bunga negosiasi yang bergerak mengikuti mekanisme permintaan pasar.

“Hingga Agustus 2022, DPK valas mengalami kenaikan sebesar 7,92% dibanding Juni 2022. Dana murah atau current account and saving account (CASA) valas menjadi driver utama dalam kenaikan DPK valas BRI, dengan proporsi CASA valas mencapai 65,68% pada Agustus 2022,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id.

Ia menyatakan angka ini meningkat dibandingkan dengan posisi CASA valas pada Agustus 2021 sebesar 50,06%. Sementara itu, untuk loan to deposit ratio (LDR) valas BRI terjaga pada level 59,67% pada Agustus 2022.

Ia menyatakan, valuta asing yang paling banyak dipilih nasabah adalah US dollar. BRI melihat kebijakan The Fed yang hawkish (mengetatkan) mempengaruhi penyesuaian benchmark rate sehingga BRI tetap fokus mendorong pertumbuhan DPK valas. 

“Penyesuaian suku bunga simpanan valas menyesuaikan potensi dan pertumbuhan kredit. Selain itu BRI senantiasa aktif sebagai market maker dalam memenuhi kebutuhan client, baik segmen ritel, korporasi maupun interbank,” tuturnya. 

Baca Juga: BTN Telah Sesuaikan Bunga Simpanan Valas hingga 50 Bps Tergantung Tenor dan Nominal

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga sudah menyesuaikan bunga simpanan valas berkisar 25 basis poin (bps) hingga 50 bps menjadi 1,75% hingga 2,75%. Direktur Distribusi dan Pendanaan Bank BTN Jasmin menyatakan tergantung jangka waktu dan besaran nominal simpanannya. 

“Tren simpanan valas di BTN cukup bagus meskipun belum signifikan dibandingkan rupiahnya. Jumlah DPK Valas kecil, sekitar 1% hingga 2% dari total DPK BTN,” papar Jasmin. 

Adapun Sekretaris Perusahaan Bank Mandir Rudi As Aturridha menyatakan DPK valas Bank Mandiri masih berada pada level optimal dengan pertumbuhan sebesar 27,1% secara tahunan hingga Agustus 2022. Pencapaian itu ditopang oleh pertumbuhan giro dan tabungan valas (CASA) yang tumbuh 26,5% secara tahunan menjadi Rp 166,3 triliun pada akhir Agustus 2022.

“Bank Mandiri secara aktif terus menjaga likuiditas valas untuk memenuhi kebutuhan transaksi dalam mata uang asing. Bank Mandiri melakukan optimalisasi pengelolaan likuiditas dengan melakukan kontrol melalui monitoring portfolio baik di sisi kredit maupun dana serta optimalisasi terhadap kredit valas yang dilakukan dengan selektif, terukur, dan dengan pricing yang sesuai,” ujar Rudi. 

Hal ini bertujuan agar pengelolaan asset & liability dapat mencapai tujuan dalam mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi. Seiring dengan tren peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis Bank Mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi