DPLK mengandalkan portofolio deposito



JAKARTA. Komposisi portofolio investasi di industri dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) berpotensi berubah pada pertengahan tahun ini.

Penempatan dana di keranjang deposito diprediksi melonjak. Pasalnya, imbal hasil deposito lebih memikat daripada saham maupun obligasi.

Ricky Samsico, Wakil Ketua Bidang Investasi Asosiasi DPLK (ADPLK), mengatakan sekarang rate deposito paling menarik. Maklum, kenaikan suku bunga acuan (BI rate) dan Fasilitas Simpanan BI (FasBI) berefek ke suku bunga deposito.


Menurut Ricky, ada bank yang memberikan imbal hasil deposito 7,25%. Angka tersebut di atas suku bunga penjaminan bank umum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rate, yang 5,75%.

Dan jelas, angka imbal hasil itu  lebih memikat dibandingkan imbal hasil saham dan obligasi yang labil. "Karena inflasi naik, bond pasti akan goyang," ujar Ricky, Rabu (26/6).

Daya tarik itu bisa membuat nasabah top up investasi dana pensiun. Oleh karena itu, porsi investasi DPLK tahun ini di deposito berpeluang terkerek 10%-15% menjadi 65%. Sampai akhir 2012, mayoritas komposisi investasi DPLK  di deposito, yakni  50% serta obligasi sebesar 30%.

Meski demikian, tak semua pemain fokus dengan portofolio deposito. DPLK BNI justru mencoba bermain di jalur agresif, meski pasar masih labil.

Anak usaha Bank BNI ini meluncurkan paket investasi kombinasi, yakni reksadana saham dan campuran.

Alasannya, prospek kedua investasi ini masih bagus. "Tetapi kami masih memiliki paket-paket investasi yang cenderung konservatif, sehingga return berkisar 7,2%," jelas Betty Alwi, pemimpin DPLK BNI.

Strategi itu diharapkan menopang return on investment (RoI) pada tahun ini. Hingga Mei, dana kelolaan DPLK BNI sekitar Rp 7,6 riliun. Akhir tahun lalu, total dana kelolaan salah satu DPLK besar ini mencapai Rp 7,1 triliun.

Secara umum, jumlah aset industri DPLK belum mampu mengalahkan aset industri dana pensiun pemberi kerja (DPPK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total aset bersih DPPK dan DPLK pada akhir tahun 2012 sekitar Rp 157,5 triliun.

Perinciannya, dana sebanyak Rp 133,3 triliun dikuasai oleh DPPK. Sementara sekitar Rp 24,22 triliun berada di brankas DPLK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro