JAKARTA. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Ahmad Farial, mengkritik janji Senior
Vice of Minister for Economic and Fiscal Policy Jepang, Yasuthosi Nishimura yang akan membantu Indonesia membangun pembangkit listrik panas bumi (Gheotermal). Menurut Farial, selama ini pengembangan penggunaan energi panas bumi lebih banyak dijejali janji dibandingkan realisasi. Padahal, saat ini Indonesia telah memiliki potensi pengembangan penggunaan energi panas bumi yang terbaik. Selain bersifat bersih tanpa polusi (berbeda dengan bahan energi fosil seperti minyak bumi), energi panas bumi adalah jenis energi terbarukan.
"Sayangnya, harga jual energi panas bumi masih rendah. Padahal, investasi untuk membangun pembangkit listrik panas bumi sangat mahal," kata Farial. Untuk itu, politisi Partai PPP tersebut mempersilakan apabila Jepang memang berkomitmen membantu Indonesia untuk membangun pembangkit listrik panas bumi. Namun, ia mengingatkan, agar komitmen itu disertai kepastian konkret mengenai waktu realisasinya. "Jangan sampai hanya untuk studi kelayakan saja memakan waktu 10 tahun. Ujung-ujungnya rencana investasi batal," jelas Farial. Oleh sebab itu, Farial berharap, Pemerintah dan PLN (Persero) bisa segera menemukan kesepakatan terkait harga jual energi panas bumi. Harga jual tersebut harus memenuhi kelayakan. Paling tidak, harganya bisa menutupi biaya pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi yang cukup mahal.
"Karena memang salah satu kendala utama pengembangan energi panas bumi ya di sini (pembangunan pembangkit listrik)," imbuh Farial. Sebagaimana diketahui, Yasuthosi Nishimura memastikan, Pemerintah Jepang berkomitmen untuk investasi proyek pembangunan pembangkit listrik panas bumi. Pernyataan ini diungkapkan Nishimura di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, (15/7). Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Hatta Rajasa meminta investor Jepang mengembangkan potensi geothermal (panas bumi) di Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Tawaran ini disambut baik oleh Nishimura. "Kami sepakat bekerja sama bilateral di bidang energi, infrastruktur energi terbarukan serta panas bumi," ujar Nishimura. Berdasarkan data PT Pertamina Geothermal Energy, potensi energi panas bumi di Indonesia sendiri mencakup 40% potensi panas bumi dunia. Potensi ini tersebar di 251 lokasi pada 26 provinsi dengan total energi 27.140 megawatt atau setara 219 miliar equivalen Barrel minyak. Kapasitas terpasang saat ini 1.194 atau 4% dari seluruh potensi yang ada. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan