DPR: Penembakan WNA, tanda keamanan tidak kondusif



JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyesalkan terjadinya penembakan terhadap Dietmar Pieper (55), warga negara Spanyol saat berekreasi di pantai Base G, Papua. Tragedi penembakan ini menunjukkan keamanan di Papua Barat, dalam keadaan yang tidak kondusif.

Wakil Ketua DPR dari fraksi Partai Golkar Priyo Budi Santoso akan meminta ketegasan kepolisian daerah mengenai perlu atau tidaknya melakukan penambahan personel aparat keamanan di wilayah rawan konflik tersebut. Karena itu, DPR akan meminta penjelasan Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat untuk menjelaskan tragedi penembakan ini. Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar ini juga meminta Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Timur Pradopo, untuk selalu siaga dalam mengedepankan keamanan masyarakat. Termasuk juga memberikan perlindungan bagi wisatawan asing yang ingin menikmati keindahan alam di Indonesia, khususnya Papua. Menurut Priyo, tragedi ini akan menjadi preseden buruk bagi Indonesia, jika dunia internasional memberikan pernyataan berlebih atas peristiwa ini. "Sekali lagi kepada pihak Polri untuk kembali menegaskan penjaminan rasa aman kepada masyarakat. Papua memang bisa dinilai tidak semakin kondusif keamanannya karena tragedi seperti ini selalu berulang . Saya meyakini pihak kepolisian pasti akan bisa menelusuri pelaku-pelaku yang membuat keadaan tidak nyaman," tutur Priyo di Gedung DPR, Kamis (31/5). Priyo menyebut, pemerintahan Indonesia melalui wakilnya seperti Gubernur, Bupati serta Walikota di Papua Barat, berjalan dengan baik. Meski begitu Priyo tak memungkiri, masih ada sisa-sisa kekecewaan atas hasil pelaksanaan demokrasi pemilihan umum yang sebelumnya diselenggarakan. Karena itu Priyo meminta kepada semua pihak agar lebih menghargai arti demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia. "Saya menerima mereka (pemerintah daerah dari Papua Barat) beberapa waktu lalu, dan mereka bekerja dengan baik. Demokrasi seharusnya bisa berjalan dengan lebih baik. Menang atau kalah dalam pemilihan adalah hal yang biasa," tandasnya. Sementara itu Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Agus Suhartono menyatakan sinergi antara TNI dan Polri sudah berjalan. Namun begitu, menurut Agus, tragedi penembakan ini patut ditanyakan kepada Polri, karena peristiwa ini kewenangan Polri. "Setiap jengkal wilayah Indonesia, sudah kami upayakan seoptimal mungkin keamanannya. Tetapi manakala masih ada peristiwa seperti ini, kita harus menyadari masih ada kelompok bersenjata yang harus diwaspadai," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: