KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya penguatan modal oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Indonesia (Persero) Tbk bakal segera terwujud. Rapat Kerja Komisi VI DPR RI dan Kementerian BUMN menyetujui penguatan modal kedua bank itu di tahun depan. “Komisi VI DPR RI menyetujui usulan tambahan PMN dalam cadangan pembiayaan investasi tahun anggaran 2022, dengan rincian BNI sebesar Rp 3,5 triliun dan BTN sebesar Rp 1,98 triliun,” ujar Pemimpin Rapat Raker Komisi VI DPR RI Aria Bima pada Rabu (22/9). Selain itu, Komisi VI juga menyetujui usulan tambahan PMN dalam cadangan pembiayaan investasi tahun anggaran 2022 untuk PT Hutama Karya (Persero) senilai Rp 7,5 triliun. Juga PNM sebanyak Rp 7,5 triliun untuk PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero).
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memiliki rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) di level 18,18 per Juni 2021. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar bilang posisi itu tidak jauh dengan posisi empat bank besar lainnya.
Baca Juga: Right issue, BRI telah raup dana Rp 26,1 triliun dari publik hingga 21 September Pada paruh pertama 2021, CAR Bank Mandiri (
BMRI) di level 18,94%, Bank Rakyat Indonesia (
BBRI) di posisi 19,63%, dan Bank Central Asia (
BBCA) di level 25,33%. Kendati demikian, Royke menyatakan CAR bank bersandi saham
BBNI itu memiliki rasio modal
tier 1 yang lebih rendah di level 15,99%. “CAR BNI itu 18,18%, karena sebelumnya kami sudah
issued sub debt. Tier 1 kami jauh di bawah
peers. Sedangkan
tiers 2 di level 2,91%. Sehingga kami membutuhkan tambahan modal. Juga sebagai antisipasi ketidakpastian global, pandemi, digitalisasi, dan kebijakan makro,” papar Royke. Ia bilang, bila tidak ada penguatan modal inti, lembaga
rating bisa saja menurunkan
rating BNI. Ia mengaku ini akan menjadi ancaman ke depannya bagi kinerja perbankan. “Karena bila
rating diturunkan, akan terjadi kenaikan
cost of fund. Pandemi juga belum berakhir, sebagai antisipasi kami perlu perkuat modal inti di tengah ketidakpastian ini. Tentunya modal inti ini akan kami lakukan untuk ekspansi kredit, organik, dan anorganik,” jelas Royke.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) akan memperkuat permodalan lewat
rights issue. Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengakui, dari 11 bank terbesar berdasarkan aset, modal
tier BTN paling rendah. “Rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) BTN 17,8%, itu terendah dari 11 bank. Apalagi kalau kita lihat, sebagai komponen
tier 1, BTN hanya 12,99% per Juni 2021, ini yang terendah,” ujar Haru.
Baca Juga: Pendanaan Adira Finance lewat skema joint financing masih stabil Haru mengatakan, struktur kepemilikan saham BTN saat ini, sebesar 60% saham digenggam pemerintah lewat Kementerian BUMN. Sedangkan 40% saham lain merupakan milik publik, dimana 24% merupakan investor domestik dan 16% investor asing. Oleh sebab itu, BTN berencana melakukan penguatan modal dengan melakukan
rights issue. Dana segar yang akan diperoleh itu akan digunakan untuk memperkuat permodalan, sehingga menjaga CAR minimum 15,25%. “Dana
rights issue yang akan kita terima, akan digunakan sepenuhnya untuk penyaluran kredit. Khususnya kredit perumahan. Saat ini, BTN memiliki 90% dari total kredit ada di sektor perumahan, 70%-nya adalah kredit pemilikan rumah (KPR),” kata Haru.
Editor: Tendi Mahadi