JAKARTA. Sejumlah fraksi DPR kecewa dengan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2012 yang diusung pemerintah. Fraksi-fraksi itu menilai, asumsi makro yang disusun tidak berdampak positif terhadap iklim investasi dan kesejahteraan rakyat.Fraksi Gerindra mengatakan asumsi ekonomi makro itu tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat. Bahkan, Juru Bicara Gerindra Sabar Subagyo mengatakan asumsi makro yang ditetapkan itu tidak berbanding lurus dengan pengurangan angka kemiskinan, pengangguran, atau penciptaan lapangan kerja. Sebagai gambaran, Sabar mengatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 6,1% hanya mengurangi angka kemiskinan sebesar 0,82%.Sama halnya dengan asumsi angka inflasi yang ditargetkan 3,5%-5,5% yang berada dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Gerindra mengakui angka inflasi masih memberikan tren positif terhadap daya beli. Namun, hal itu harus dibarengi dengan upaya pemerintah dalam penyediaan beras. Gerindra mencatat dalam enam tahun terakhir, beras mengalami tren kenaikan harga.Bahkan, inflasi sektoral selalu meningkat pada setiap akhir Desember. "Pola ini tidak pernah berubah dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah pada sektor pangan dan pertanian jika benar-benar berniat menjinakkan inflasi," katanya.Lalu, Fraksi PKB dan Hanura menilai asumsi pertumbuhan ekonomi harus dipatok pada 7%. Khusus untuk Hanura meminta pemerintah menitikberatkan sektor pertanian berorientasi ekspor. Untuk target lifting yang dipatok sebesar 970.000 barel per hari, Juru Bicara Hanura Ali Kastela mengatakan terlalu tinggi untuk dicapai.Apalagi, dia menilai ada kendala lifting lanjutan dari 2010 yang masih mengular hingga kini. "Hanura menilai target lifting 2012 sebesar 960 MBOPD. Itu dibarengi upaya kaji undang-undang migas," kata Ali.Kritik pun datang dari Fraksi PDIP, PKS, dan Golkar yang menilai asumsi makro 2012 dibuat tanpa adanya terobosan dan cenderung stagnan. Terutama soal target pertumbuhan ekonomi yang masih moderat dan bergantung pada sokongan industri asing. Mereka mematok angka 7% sebagai target pertumbuhan ekonomi 2012."Pemerintah harus memikirkan untuk mengutamakan sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian yang pertumbuhannya di bawah rata-rata nasional. Padahal sektor ini menyumbang 50% PDB (produk domestik bruto)," tutur Juru Bicara PKS Andi Rahmat.Kader Golkar Hikmat Tomet menggarisbawahi soal angka inflasi yang seharusnya dapat dipatok di bawah 5% agar tidak berdampak pada daya beli masyarakat. "Apalagi masih ada sisa dampak badai inflasi tahun lalu yang dikhawatirkan pengaruhi daya beli," kata dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
DPR tak puas dengan asumsi makro 2012 versi pemerintah
JAKARTA. Sejumlah fraksi DPR kecewa dengan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2012 yang diusung pemerintah. Fraksi-fraksi itu menilai, asumsi makro yang disusun tidak berdampak positif terhadap iklim investasi dan kesejahteraan rakyat.Fraksi Gerindra mengatakan asumsi ekonomi makro itu tidak berdampak pada kesejahteraan rakyat. Bahkan, Juru Bicara Gerindra Sabar Subagyo mengatakan asumsi makro yang ditetapkan itu tidak berbanding lurus dengan pengurangan angka kemiskinan, pengangguran, atau penciptaan lapangan kerja. Sebagai gambaran, Sabar mengatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi 2010 sebesar 6,1% hanya mengurangi angka kemiskinan sebesar 0,82%.Sama halnya dengan asumsi angka inflasi yang ditargetkan 3,5%-5,5% yang berada dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Gerindra mengakui angka inflasi masih memberikan tren positif terhadap daya beli. Namun, hal itu harus dibarengi dengan upaya pemerintah dalam penyediaan beras. Gerindra mencatat dalam enam tahun terakhir, beras mengalami tren kenaikan harga.Bahkan, inflasi sektoral selalu meningkat pada setiap akhir Desember. "Pola ini tidak pernah berubah dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah pada sektor pangan dan pertanian jika benar-benar berniat menjinakkan inflasi," katanya.Lalu, Fraksi PKB dan Hanura menilai asumsi pertumbuhan ekonomi harus dipatok pada 7%. Khusus untuk Hanura meminta pemerintah menitikberatkan sektor pertanian berorientasi ekspor. Untuk target lifting yang dipatok sebesar 970.000 barel per hari, Juru Bicara Hanura Ali Kastela mengatakan terlalu tinggi untuk dicapai.Apalagi, dia menilai ada kendala lifting lanjutan dari 2010 yang masih mengular hingga kini. "Hanura menilai target lifting 2012 sebesar 960 MBOPD. Itu dibarengi upaya kaji undang-undang migas," kata Ali.Kritik pun datang dari Fraksi PDIP, PKS, dan Golkar yang menilai asumsi makro 2012 dibuat tanpa adanya terobosan dan cenderung stagnan. Terutama soal target pertumbuhan ekonomi yang masih moderat dan bergantung pada sokongan industri asing. Mereka mematok angka 7% sebagai target pertumbuhan ekonomi 2012."Pemerintah harus memikirkan untuk mengutamakan sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian yang pertumbuhannya di bawah rata-rata nasional. Padahal sektor ini menyumbang 50% PDB (produk domestik bruto)," tutur Juru Bicara PKS Andi Rahmat.Kader Golkar Hikmat Tomet menggarisbawahi soal angka inflasi yang seharusnya dapat dipatok di bawah 5% agar tidak berdampak pada daya beli masyarakat. "Apalagi masih ada sisa dampak badai inflasi tahun lalu yang dikhawatirkan pengaruhi daya beli," kata dia.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News