JAKARTA. Anggota DPD RI asal Provinsi Banten, Ahmad Subadri meminta agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit kinerja Kemendagri, Kependudukan, KPU, dan Bawaslu. Disebutkan, ternyata dengan anggaran Rp 6,7 triliun, e-KTP tidak beres, yang berimplikasi terhadap karut-marutnya daftar pemilih tetap (DPT) pemilu 2014, yang mengancam karut-marutnya pemilu 2014 itu sendiri, dengan 10,4 juta DPT yang masih bermasalah tersebut. “Saya sudah konfirmasi dengan KPUD, kependudukan, dan pemerintah setempat, memang masalah administrasi kependudukan ini bermasalah dengan 10,4 juta DPT tanpa Nomor Induk Kependudukan (NIK), yang sebelumnya ada 60 juta yang belum memiliki NIK,” kata Subadri dalam dialog ‘Sistem administrasi kependudukan terkait carut-marutnya DPT’ bersama Wasekjen DPP PDIP Hasto Kristianto, dan pengamat politik UI Andrinof Chaniago di Gedung DPD/MPR RI Jakarta, Rabu (6/11).
DPT bermasalah, DPD minta BPK lakukan audit
JAKARTA. Anggota DPD RI asal Provinsi Banten, Ahmad Subadri meminta agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit kinerja Kemendagri, Kependudukan, KPU, dan Bawaslu. Disebutkan, ternyata dengan anggaran Rp 6,7 triliun, e-KTP tidak beres, yang berimplikasi terhadap karut-marutnya daftar pemilih tetap (DPT) pemilu 2014, yang mengancam karut-marutnya pemilu 2014 itu sendiri, dengan 10,4 juta DPT yang masih bermasalah tersebut. “Saya sudah konfirmasi dengan KPUD, kependudukan, dan pemerintah setempat, memang masalah administrasi kependudukan ini bermasalah dengan 10,4 juta DPT tanpa Nomor Induk Kependudukan (NIK), yang sebelumnya ada 60 juta yang belum memiliki NIK,” kata Subadri dalam dialog ‘Sistem administrasi kependudukan terkait carut-marutnya DPT’ bersama Wasekjen DPP PDIP Hasto Kristianto, dan pengamat politik UI Andrinof Chaniago di Gedung DPD/MPR RI Jakarta, Rabu (6/11).