SOLO. Dr. Lo Siaw Ging menjadi buah bibir di tengah-tengah maraknya aksi mogok para dokter di Indonesia. Dokter yang sudah berusia 79 tahun itu dikenal tidak memasang tarif bagi pasien miskin.Dr. Lo, begitu dia kerap disapa, menyambut setiap yang datang ke ruang prakteknya di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, dengan senyum ramahnya. Usianya tidak lagi muda dan berjalan pun harus dengan menggunakan tongkat, tetapi semangat untuk membantu pasien yang membutuhkan pertolongan membuat dirinya tetap datang untuk melayani. Dr. Lo bahkan sempat keberatan jika sikapnya ini terlalu dipublikasikan."Tidak perlu dibesar-besarkanlah. Itu sudah saya lakukan dari sejak dulu. Menjadi dokter itu memang harus menolong yang sakit dan miskin. Kalau mau kaya ya jangan jadi dokter, tapi jadi pedagang," kata dr. Lo kepada Kompas.com, Sabtu (30/11/2013).Itu adalah pesan dari ayahnya yang terus menjadi penyemangat bagi dr. Lo untuk terus berkarya bagi para pasiennya."Saya selalu ingat pesan ayah saya, kalau ingin kaya jangan jadi dokter, tapi jadilah pedagang. Saya pun memilih menjadi dokter, karena itu cita cita saya dari sejak kecil," kata dr. Lo.Hal itu yang membuatnya memutuskan bahwa dirinya tidak akan mengenakan tarif kepada pasien yang miskin. Dr. Lo mengaku, dirinya melihat bahwa para pasien miskin tidak perlu lagi dibebani dengan biaya pengobatan karena perjuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sudah berat."Saya katakan tidak usah bayar, uangnya buat beli beras saja," tuturnya tentang pengalamannya bertemu dengan pasien miskin.Alumni dari Universitas Airlangga tahun 1962 yang sempat mencicipi pendidikan di Manajemen Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia ini pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, periode 1981-2004. Setelah pensiun dari kursi direktur, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di tempat prakteknya sekaligus rumahnya di Jagalan, Jebres, Solo, sampai kini.Saat disinggung akan sampai kapan melayani pasien, pengagum sosok dr. Oen tersebut mengatakan hingga sampai tubuhnya sudah tidak bisa bergerak."Ndak tahu, selama tubuh saya masih bisa bekerja, saya akan melayani," katanya. (Kontributor Surakarta, M Wismabrata)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dr. Lo: Kalau mau kaya ya jangan jadi dokter
SOLO. Dr. Lo Siaw Ging menjadi buah bibir di tengah-tengah maraknya aksi mogok para dokter di Indonesia. Dokter yang sudah berusia 79 tahun itu dikenal tidak memasang tarif bagi pasien miskin.Dr. Lo, begitu dia kerap disapa, menyambut setiap yang datang ke ruang prakteknya di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, dengan senyum ramahnya. Usianya tidak lagi muda dan berjalan pun harus dengan menggunakan tongkat, tetapi semangat untuk membantu pasien yang membutuhkan pertolongan membuat dirinya tetap datang untuk melayani. Dr. Lo bahkan sempat keberatan jika sikapnya ini terlalu dipublikasikan."Tidak perlu dibesar-besarkanlah. Itu sudah saya lakukan dari sejak dulu. Menjadi dokter itu memang harus menolong yang sakit dan miskin. Kalau mau kaya ya jangan jadi dokter, tapi jadi pedagang," kata dr. Lo kepada Kompas.com, Sabtu (30/11/2013).Itu adalah pesan dari ayahnya yang terus menjadi penyemangat bagi dr. Lo untuk terus berkarya bagi para pasiennya."Saya selalu ingat pesan ayah saya, kalau ingin kaya jangan jadi dokter, tapi jadilah pedagang. Saya pun memilih menjadi dokter, karena itu cita cita saya dari sejak kecil," kata dr. Lo.Hal itu yang membuatnya memutuskan bahwa dirinya tidak akan mengenakan tarif kepada pasien yang miskin. Dr. Lo mengaku, dirinya melihat bahwa para pasien miskin tidak perlu lagi dibebani dengan biaya pengobatan karena perjuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sudah berat."Saya katakan tidak usah bayar, uangnya buat beli beras saja," tuturnya tentang pengalamannya bertemu dengan pasien miskin.Alumni dari Universitas Airlangga tahun 1962 yang sempat mencicipi pendidikan di Manajemen Administrasi Rumah Sakit di Universitas Indonesia ini pernah menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, periode 1981-2004. Setelah pensiun dari kursi direktur, suami dari Maria Gan May Kwee tersebut tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di tempat prakteknya sekaligus rumahnya di Jagalan, Jebres, Solo, sampai kini.Saat disinggung akan sampai kapan melayani pasien, pengagum sosok dr. Oen tersebut mengatakan hingga sampai tubuhnya sudah tidak bisa bergerak."Ndak tahu, selama tubuh saya masih bisa bekerja, saya akan melayani," katanya. (Kontributor Surakarta, M Wismabrata)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News