JAKARTA. Hujan deras dan banjir yang memicu kemacetan kota Jakarta pada Senin (25/10) terjadi lantaran saluran pembuangan air (drainase) di Ibukota tak sanggup menampung air hujan. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto curah hujan yang terjadi melebihi batas kemampuan drainase Ibukota. Dia menjelaskan, curah hujan yang terjadi pada Senin lalu itu mencapai 110 milimeter hingga 120 milimeter per detik. "Sedangkan drainase Jakarta yang dibangun sejak 30 tahun lalu hanya mampu menampung untuk curah hujan di bawah 80 milimeter saja," kata Prijanto usai rapat terbatas mengatasi kemacetan dan pembenahan transportasi Jabodetabek di Istana Wakil Presiden, Jumat (29/10). Oleh sebab itu, saat ini Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang membuat crossing drainage atau saluran pembuangan air silang di 36 titik lokasi di Jakarta. Adapun biaya pembangunannya mencapai Rp 66 miliar. Kemudian, tahun depan akan dibangun crossing drainage di 66 titik lokasi di Jakarta dengan biaya mencapai Rp110 miliar. "Saat ini kami sedang menyusun perencanaannya," kata Prijanto. Kepala unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Kuntoro Mangkusubroto mengatakan persoalan banjir di Jakarta itu sempat disinggung dalam rapat terbatas itu. "Curah hujan kemarin lebih dari 100 milimeter itu bukan sebuah excuse sehingga perlu diambil langkah-langkah," katanya. Oleh sebab itu, kata Kuntoro, dalam rapat itu menugaskan Kementerian Pekerjaan Umum membereskan kanal banjir timur yang jalurnya masih ada yang belum beres, perbaikan drainase di Jakarta, serta mempercepat penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) tentang mekanisme penggunaan anggaran pengerukan sungai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Drainase Jakarta sudah tidak mampu memuat hujan
JAKARTA. Hujan deras dan banjir yang memicu kemacetan kota Jakarta pada Senin (25/10) terjadi lantaran saluran pembuangan air (drainase) di Ibukota tak sanggup menampung air hujan. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto curah hujan yang terjadi melebihi batas kemampuan drainase Ibukota. Dia menjelaskan, curah hujan yang terjadi pada Senin lalu itu mencapai 110 milimeter hingga 120 milimeter per detik. "Sedangkan drainase Jakarta yang dibangun sejak 30 tahun lalu hanya mampu menampung untuk curah hujan di bawah 80 milimeter saja," kata Prijanto usai rapat terbatas mengatasi kemacetan dan pembenahan transportasi Jabodetabek di Istana Wakil Presiden, Jumat (29/10). Oleh sebab itu, saat ini Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang membuat crossing drainage atau saluran pembuangan air silang di 36 titik lokasi di Jakarta. Adapun biaya pembangunannya mencapai Rp 66 miliar. Kemudian, tahun depan akan dibangun crossing drainage di 66 titik lokasi di Jakarta dengan biaya mencapai Rp110 miliar. "Saat ini kami sedang menyusun perencanaannya," kata Prijanto. Kepala unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Kuntoro Mangkusubroto mengatakan persoalan banjir di Jakarta itu sempat disinggung dalam rapat terbatas itu. "Curah hujan kemarin lebih dari 100 milimeter itu bukan sebuah excuse sehingga perlu diambil langkah-langkah," katanya. Oleh sebab itu, kata Kuntoro, dalam rapat itu menugaskan Kementerian Pekerjaan Umum membereskan kanal banjir timur yang jalurnya masih ada yang belum beres, perbaikan drainase di Jakarta, serta mempercepat penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) tentang mekanisme penggunaan anggaran pengerukan sungai. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News