JAKARTA. Drama politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berakhir sudah. Rapat Pimpinan Nasional yang berakhir pada Minggu (11/5/2014) kemarin, akhirnya memutuskan PPP akan berkoalisi dengan Partai Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Keputusan ini seakan antiklimaks dengan gonjang-ganjing di internal partai pimpinan Suryadharma Ali ini. Pada Maret lalu, manuver Suryadharma yang mendekati Prabowo, bahkan menghadiri kampanye Gerindra, mengundang reaksi dari para politisinya. Lebih dari 20 Dewan Pimpinan Wilayah menyatakan mosi tidak percaya hingga keluarnya wacana pemecatan Suryadharma sebagai ketua umum. Kini, riak dan drama itu seakan tak bersisa. Semua elemen PPP bulat mendukung Prabowo. Semudah itu kan berubah pilihan? Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Sulawesi Selatan Amir Uskara mengungkapkan, DPW penentang Suryadharma sebelumnya hanya mempersoalkan ketidakkompakan di jajaran elite pimpinan partai. Dia menyebutkan antara ketua umum, sekretaris jenderal, dan wakil ketua umum saling tarik menarik dukungan untuk jagoannya masing-masing. “Kami hanya ingin mereka ini satu dulu, sebelum kita menyatakan dukungan untuk siapa. Kami tidak pernah tidak setuju dengan Prabowo atau dengan siapa pun,” ucap Amir usai Rapimnas II PPP, Senin (11/5/2014) dini hari. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa dan politisi senior PPP Hamzah Haz melakukan manuver politik dengan menemui Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri. Hamzah pun menyatakan dukungannya terhadap bakal calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo. Dukungan terhadap Jokowi pun mulai digaungkan di internal partai, termasuk salah satunya DPW Sulawesi Selatan. Sebelum rapimnas digelar, dalam wawancara dengan Kompas.com, Amir mengaku mayoritas DPW mendukung Jokowi meski perbedaannya tipis dengan para pendukung Prabowo. Dalam rapimnas tadi malam, rapat berjalan alot. Rapat sampai diskors selama tiga kali untuk melakukan lobi-lobi. Di lobi terakhir, sejumlah pendukung Suryadharma seperti Hasrul Azwar dan Syaifullah Tamlia berbincang dengan wartawan dan menyatakan kondisi kini berbalik bahwa sudah ada 20 DPW yang menyatakan dukungannya terhadap Prabowo. Sementara, belasan DPW lain meminta untuk dilobi. Saat ditanyakan soal maksud “dilobi” itu, Hasrul menjelaskan bahwa mereka belum menentukan pilihan. “Tidak ada nama Jokowi, hanya minta diyakinkan soal Prabowo,” katanya. Pada pukul 02.10, rapat yang berlangsung tertutup itu diakhiri dengan gema takbir dan shalawat dari dalam ruangan. Suryadharma pun melakukan jumpa pers didampingi seluruh elite PPP dan 33 DPW PPP seluruh Indonesia. Hadir pula dalam rapat itu yakni para penentang Suryadharma seperti Suharso Monoarfa, Romahurmuziy, dan Emron Pangkapi. Amir menjelaskan, kesepakatan dicapai setelah DPW meminta keyakinan dari elite PPP tentang alasan mendukung Prabowo termasuk soal program dan usulan akan komposisi kabinet. “Akhirnya kami memang merasa cocok dengan Prabowo,” ujarnya. Amir menyebut rapimnas kali ini adalah forum islah sesungguhnya, karena tidak ada satu pun yang berusaha memberikan opsi lain selain mendukung Prabowo. Ketua DPW Kalimantan Timur Rusman Yacob mengatakan, konflik internal PPP telah menguras banyak tenaga, waktu, dan biaya para pengurus daerah. “Tapi itulah yang namanya demokrasi. Demokrasi itu tidak efisien, namun yang penting hasilnya demokratis. Tidak seperti sebelumnya. Capek memang, tapi selesainya sekarang jadi segar, selesai semuanya,” kata Rusman. Sementara itu, Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa usai jumpa pers, menjadi orang pertama yang keluar dari ruangan rapimnas di saat para pengurus tengah larut dalam selebrasi dan pembacaan shalawat. Saat dicegat wartawan, Suharso pun mengaku tak lagi mempersoalkan keputusan rapimnas yang menyatakan dukungan terhadap Prabowo. Dia mengatakan, yang dikritiknya dari Suryadharma adalah proses pengambilan keputusan yang di luar mekanisme. “Saya kira itu hal yang berbeda dengan capres. Yang capres ini sudah disepakati forum dan DPW, jadi konstitusional. Keinginan itu (mendukung Prabowo) mendapat tempatnya, kalau yang dulu kan inkonstitusional (tanpa lewat rapimnas),” kata Suharso. Suharso menampik adanya anggapan para pengurus wilayah berbalik arah dalam mendukung Prabowo. Menurut dia, DPW sudah memutuskan secara bulat dan menjadi keputusan yang harus dihormati. Pasalnya, DPP tidak memiliki suara dalam forum kali ini. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Drama politik PPP, ujungnya ke Prabowo juga
JAKARTA. Drama politik Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berakhir sudah. Rapat Pimpinan Nasional yang berakhir pada Minggu (11/5/2014) kemarin, akhirnya memutuskan PPP akan berkoalisi dengan Partai Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Keputusan ini seakan antiklimaks dengan gonjang-ganjing di internal partai pimpinan Suryadharma Ali ini. Pada Maret lalu, manuver Suryadharma yang mendekati Prabowo, bahkan menghadiri kampanye Gerindra, mengundang reaksi dari para politisinya. Lebih dari 20 Dewan Pimpinan Wilayah menyatakan mosi tidak percaya hingga keluarnya wacana pemecatan Suryadharma sebagai ketua umum. Kini, riak dan drama itu seakan tak bersisa. Semua elemen PPP bulat mendukung Prabowo. Semudah itu kan berubah pilihan? Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Sulawesi Selatan Amir Uskara mengungkapkan, DPW penentang Suryadharma sebelumnya hanya mempersoalkan ketidakkompakan di jajaran elite pimpinan partai. Dia menyebutkan antara ketua umum, sekretaris jenderal, dan wakil ketua umum saling tarik menarik dukungan untuk jagoannya masing-masing. “Kami hanya ingin mereka ini satu dulu, sebelum kita menyatakan dukungan untuk siapa. Kami tidak pernah tidak setuju dengan Prabowo atau dengan siapa pun,” ucap Amir usai Rapimnas II PPP, Senin (11/5/2014) dini hari. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP PPP Suharso Monoarfa dan politisi senior PPP Hamzah Haz melakukan manuver politik dengan menemui Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri. Hamzah pun menyatakan dukungannya terhadap bakal calon presiden dari PDI-P, Joko Widodo. Dukungan terhadap Jokowi pun mulai digaungkan di internal partai, termasuk salah satunya DPW Sulawesi Selatan. Sebelum rapimnas digelar, dalam wawancara dengan Kompas.com, Amir mengaku mayoritas DPW mendukung Jokowi meski perbedaannya tipis dengan para pendukung Prabowo. Dalam rapimnas tadi malam, rapat berjalan alot. Rapat sampai diskors selama tiga kali untuk melakukan lobi-lobi. Di lobi terakhir, sejumlah pendukung Suryadharma seperti Hasrul Azwar dan Syaifullah Tamlia berbincang dengan wartawan dan menyatakan kondisi kini berbalik bahwa sudah ada 20 DPW yang menyatakan dukungannya terhadap Prabowo. Sementara, belasan DPW lain meminta untuk dilobi. Saat ditanyakan soal maksud “dilobi” itu, Hasrul menjelaskan bahwa mereka belum menentukan pilihan. “Tidak ada nama Jokowi, hanya minta diyakinkan soal Prabowo,” katanya. Pada pukul 02.10, rapat yang berlangsung tertutup itu diakhiri dengan gema takbir dan shalawat dari dalam ruangan. Suryadharma pun melakukan jumpa pers didampingi seluruh elite PPP dan 33 DPW PPP seluruh Indonesia. Hadir pula dalam rapat itu yakni para penentang Suryadharma seperti Suharso Monoarfa, Romahurmuziy, dan Emron Pangkapi. Amir menjelaskan, kesepakatan dicapai setelah DPW meminta keyakinan dari elite PPP tentang alasan mendukung Prabowo termasuk soal program dan usulan akan komposisi kabinet. “Akhirnya kami memang merasa cocok dengan Prabowo,” ujarnya. Amir menyebut rapimnas kali ini adalah forum islah sesungguhnya, karena tidak ada satu pun yang berusaha memberikan opsi lain selain mendukung Prabowo. Ketua DPW Kalimantan Timur Rusman Yacob mengatakan, konflik internal PPP telah menguras banyak tenaga, waktu, dan biaya para pengurus daerah. “Tapi itulah yang namanya demokrasi. Demokrasi itu tidak efisien, namun yang penting hasilnya demokratis. Tidak seperti sebelumnya. Capek memang, tapi selesainya sekarang jadi segar, selesai semuanya,” kata Rusman. Sementara itu, Wakil Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa usai jumpa pers, menjadi orang pertama yang keluar dari ruangan rapimnas di saat para pengurus tengah larut dalam selebrasi dan pembacaan shalawat. Saat dicegat wartawan, Suharso pun mengaku tak lagi mempersoalkan keputusan rapimnas yang menyatakan dukungan terhadap Prabowo. Dia mengatakan, yang dikritiknya dari Suryadharma adalah proses pengambilan keputusan yang di luar mekanisme. “Saya kira itu hal yang berbeda dengan capres. Yang capres ini sudah disepakati forum dan DPW, jadi konstitusional. Keinginan itu (mendukung Prabowo) mendapat tempatnya, kalau yang dulu kan inkonstitusional (tanpa lewat rapimnas),” kata Suharso. Suharso menampik adanya anggapan para pengurus wilayah berbalik arah dalam mendukung Prabowo. Menurut dia, DPW sudah memutuskan secara bulat dan menjadi keputusan yang harus dihormati. Pasalnya, DPP tidak memiliki suara dalam forum kali ini. (Sabrina Asril)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News