Dreamliner masih idola baru dari Boeing



TOKYO. Reputasi pesawat Boeing 787 masih belum bisa bangkit. Kemarin, salah satu pesawat Dreamliner yang dioperasikan oleh All Nippon Airways Co dilaporkan mengalami kerusakan.

Pesawat yang bertolak dari Yamaguchi pukul 8 pagi tersebut seharusnya menjalani penerbangan 65 menit menuju Bandara Haneda, dekat Tokyo. Pilot Shigeru Takano memutuskan mendarat darurat di Bandara Takamatsu pada pukul 8.45, setelah mendapat peringatan kerusakan baterai dan mencium bau terbakar.

Kementerian Transportasi Jepang menyebutkan, kejadian tersebut sebagai masalah keselamatan serius, karena bisa memicu kecelakaan.


Selama sepekan terakhir, maskapai Jepang melaporkan serangkaian insiden Dreamliner seperti kebakaran baterai, kebocoran bahan bakar, kerusakan rem, dan keretakan di jendela kokpit.

Atas kejadian ini, Nippon Air (ANA) mengandangkan 17 unit Dreamliner. Senada, Japan Airlines juga akan menunda semua penerbangan 7 Dreamliner miliknya pada Rabu dan Kamis. Sementara, regulator India mengatakan, akan menunggu surat kepastian dari Boeing sebelum menerbangkan enam tipe 787 milik Air India.

Menurut analis, Boeing yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS) harus mengambil langkah cepat agar persepsi pasar tak memburuk. Ini akan berimbas pada kinerja Boeing, karena permintaan 787 sedang naik daun. Tahun lalu, Airbus SAS juga mengalami masalah yang sama, ketika A380 mengalami insiden keretakan di sayap. Tapi, tidak ada yang membatalkan pesanan.

Masih nomor satu

Boeing telah mengirimkan 50 pesawat, masing-masing seharga US$ 207 juta pada delapan pelanggan. Jepang mengoperasikan setengahnya. Boeing saat ini menggarap 850 unit pesanan Dreamliner.

Qantas Airways dari Australia tetap memesan 15 Dreamliner. Satu-satunya maskapai AS yang menerbangkan 787 saat ini, United Airlines belum mengambil tindakan apapun dan menunggu hasil pemeriksaan Nippon Air.

Dreamliner merupakan tipe favorit baru dari Boeing. Tahun lalu, tipe 737 Max masih mendominasi, sehingga Boeing mencatat 1.203 pesanan tahun lalu, naik 49% dibanding tahun sebelumnya. Tahun lalu, Boeing mengirim 601 unit.

Airbus SAS diperkirakan mengirim 580 unit. Perusahaan asal Eropa ini menutup tahun lalu dengan catatan pesanan 861 pesawat bernilai US$ 27 miliar. Pesanan terakhir Airbus datang dari BOC Aviation asal China, yaitu 50 unit A320 dan 25 unit A320neo dari Citilink, Indonesia.

Editor: Sanny Cicilia