DRI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2020 kontraksi 2,33%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan, ekonomi Indonesia di tahun 2020 akan berada di zona negatif. Kepala Ekonom DRI Moekti P. Soejachmoen memprediksi, ekonomi Indonesia kontraksi 2,33% secara tahunan (yoy). 

“Pemulihan ekonomi nampak lemah, tercermin dari konsumsi rumah tangga yang menurun. Meski, belanja pemerintah nampak meningkat signifikan akibat stimulus fiskal yang dikucurkan,” kata dia dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Rabu (3/2). 

Terperinci, konsumsi rumah tangga diperkirakan kontraksi sebesar 2,57% yoy. Lemahnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh pembatasan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah dalam menekan angka penularan Covid-19. 


Tak hanya itu, lemahnya konsumsi rumah tangga juga nampak dari penurunan penjualan kendaraan bermotor, kredit, dan penjualan ritel yang lemah. 

Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi pertumbuhan ekonomi 2020 minus 2%

Dari sisi belanja pemerintah, diperkirakan tumbuh 0,24% yoy. Pertumbuhan positif ini disebabkan oleh belanja pemerintah yang meningkat tajam, seiring dengan realisasi program pemulihan ekonomi Nasional (PEN) yang mencapai Rp 579,78 triliun atau 83,4% dari target yang sebesar Rp 695,2 triliun. 

Kemudian, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan kontraksi 4,55% yoy. Penurunan kinerja investasi juga sebagai imbas dari pembatasan aktivitas dan penurunan optimisme investor akibat masih tingginya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. 

Ke depan, Moekti optimistis perekonomian Indonesia akan kembali ke zona positif di tahun 2021. Perkiraannya, pertumbuhan ekonomi bisa di kisaran 4,81% yoy hingga 5,75% yoy. 

Namun, masih ada risiko pemulihan ekonomi bisa berjalan lambat karena beberapa hal. Untuk itu, Moekti mengimbau pemerintah bisa menyiapkan strategi yang apik untuk menghalau risiko ini. 

“Pemerintah harus menurunkan kurva kasus harian Covid-19, mempercepat distribusi Vaksin-19 terutama untuk yang masyarakat umum, dan harus memperhatikan efektivitas stimulus fiskal untuk meningkatkan aktivitas ekonomi,” tandas Moekti. 

Selanjutnya: Lakukan refocusing, anggaran Kemendag jadi Rp 2,93 triliun untuk tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari