JAKARTA. PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) mencapai US$ 120 juta untuk tahun ini. Sekretaris Perusahaan DSSA Hermawan Tarjono menjabarkan, capex tersebut akan digunakan untuk tiga perusahaan yaitu DSSA dengan jatah US$ 20 juta. Lalu, anak usahanya PT Golden Mines Energy Tbk (GEMS) dengan jatah capex sebesar US$ 60 juta. Sisanya itu untuk Dian Swastika Power. "Tahun lalu kan kami masih negosiasi dengan kontraktor untuk power plan. Jadi belum tahu berapa, tapi sekarang sudah dan untuk tahun ini sekitar US$ 40 juta," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/6).Nantinya, dana US$ 40 juta ini akan digunakan sebagai down payment pembayaran alat berat. Saat ini PLTU yang sedang dikerjakan DSSA adalah Proyek Sumsel 5. Sekarang perusahaan sedang mencari pendanaan guna menjalankan proyek tersebut.Total nilai investasi di proyek ini mencapai US$ 400 juta, namun yang dicari DSSA dari pinjaman hanya US$ 285 juta. "Pembicaraan yang sekarang paling serius dari perbankan asal China. Keputusannya di Agustus, karena deadlinenya di November," ungkap Hermawan.
DSSA gelontorkan capex US$ 120 juta di tahun ini
JAKARTA. PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) mencapai US$ 120 juta untuk tahun ini. Sekretaris Perusahaan DSSA Hermawan Tarjono menjabarkan, capex tersebut akan digunakan untuk tiga perusahaan yaitu DSSA dengan jatah US$ 20 juta. Lalu, anak usahanya PT Golden Mines Energy Tbk (GEMS) dengan jatah capex sebesar US$ 60 juta. Sisanya itu untuk Dian Swastika Power. "Tahun lalu kan kami masih negosiasi dengan kontraktor untuk power plan. Jadi belum tahu berapa, tapi sekarang sudah dan untuk tahun ini sekitar US$ 40 juta," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/6).Nantinya, dana US$ 40 juta ini akan digunakan sebagai down payment pembayaran alat berat. Saat ini PLTU yang sedang dikerjakan DSSA adalah Proyek Sumsel 5. Sekarang perusahaan sedang mencari pendanaan guna menjalankan proyek tersebut.Total nilai investasi di proyek ini mencapai US$ 400 juta, namun yang dicari DSSA dari pinjaman hanya US$ 285 juta. "Pembicaraan yang sekarang paling serius dari perbankan asal China. Keputusannya di Agustus, karena deadlinenya di November," ungkap Hermawan.
