JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (
DSSA) menaikkan anggaran belanja modal alias
capital expenditure (capex) tahun ini menjadi US$ 120 juta. Emiten grup Sinar Mas ini semula menganggarkan capex US$ 80 juta. Pengerekan nilai capex yang dibutuhkan DSSA untuk ekspansi tahun ini, terkait dengan dimulainya penggarapan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang, Sumatera Selatan. Proyek yang diperoleh dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tersebut ditangani oleh PT DSPP Power Sumsel (DSSP), anak usaha DSSA. Total capex proyek PLTU itu sejatinya mencapai US$ 400 juta untuk kebutuhan hingga tahun 2015. Khusus tahun ini, DSSP akan menghabiskan capex sekitar US$ 40 juta, untuk uang muka pembelian mesin dan keperluan pra-proyek lainnya.
Namun, hingga kini DSSA belum mendapatkan sumber pendanaan untuk proyek itu. Saat ini, DSSA masih bernegosiasi dengan perbankan China terkait pencairan pinjaman untuk proyek tersebut. Rencananya, DSSA akan menutupi senilai US$ 280 juta-US$ 320 juta investasi PLTU Mulut Tambang dari pinjaman. Lalu sisanya ditutup dari kas internal perseroan. DSSA optimistis bisa mendapatkan pinjaman itu di kisaran Juli atau Agustus 2012. DSSA dibatasi tenggat oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selalu pemberi proyek, untuk mendapatkan sumber pendanaan paling lambat November 2012. "Untuk capex DSSP tahun ini, kami tidak harus menunggu turunnya pinjaman. Anggaran itu bisa ditalangi dahulu dengan kas internal perusahaan," kata Hermawan Tarjono, Direktur DSSA, Kamis (21/6). Kejar produksi DSSA juga akan mengalokasikan capex senilai US$ 20 juta untuk pengembangan bisnis empat pembangkit listrik yang dikelolanya sendiri. Lokasinya di Serang, Tangerang, dan Karawang, berkapasitas total 300 megawatt. "Ada beberapa peremajaan, dan pembelian trafo yang bernilai cukup besar," ujar Hermawan. Selanjutnya, capex senilai US$ 60 juta akan digunakan perseroan untuk menggeber sektor batubara yang dijalankan oleh anak usaha, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). DSAA akan membuka empat lokasi penambangan baru di lokasi tambang miliknya, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jambi. Total cadangan batubara di tiga tambang itu mencapai 849 juta ton. Langkah ini ditempuh guna menggenjot produksi batubara dari 5 juta-6 juta ton tahun lalu, menjadi 7 juta ton tahun ini. "Jika digabung dengan
trading batubara, GEMS bisa menjual sekitar 10 juta ton di tahun ini," ungkap Hermawan. GEMS juga akan membangun jalan (hauling) sepanjang 100 kilometer di lokasi pertambangan, untuk mendukung efisiensi biaya logistik batubara. Bukan cuma itu, GEMS juga berencana membangun dan menambah kapasitas pelabuhan batubara di Kalimantan Selatan hingga mencapai 20 juta ton per tahun. Dengan berbagai ekspansi tersebut, DSSA optimis bisa meningkatkan pendapatan konsolidasi sebesar 30% menjadi US$ 768,62 juta dari realisasi 2011. Namun, Hermawan enggan mengungkapkan proyeksi laba bersih tahun ini. Alasan dia, harga jual batubara masih sangat labil. Tahun lalu, laba bersih DSSA mencapai US$ 33,33 juta. Kiswoyo A. Joe, Analis Askap Futures menilai, DSSA masih berpeluang meningkatkan kinerja keuangan. Menurutnya, bisnis batubara GEMS bisa kembali menanjak akhir tahun ini kendati kini tengah tertekan harganya.
Bisnis pembangkit listrik juga potensial. Namun, DSSA dinilai harus cermat menghitung investasinya di PLTU Mulut Tambang. "
Return bisnis pembangkit listrik cukup bagus, tapi investasinya besar," ujar Kiswoyo. Cukup disayangkan, kinerja saham DSSA di bursa kurang menggigit akibat jarang ditransaksikan investor. Kiswoyo menyarankan, saham DSSA sebagai
trading jangka menengah saja. Investor bisa masuk di saat harga DSSA Rp 11.000 per saham. Harga DSSA, Kamis (21/6), ditutup melemah 0,38% menjadi Rp 13.000 per saham. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: