JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) tampaknya cukup
pede tahun ini. Bagian Grup Sinarmas itu membidik pertumbuhan pendapatan antara 25%-30%. Mengacu pada pendapatan US$ 712,05 juta tahun lalu, berarti target minimal pendapatan tahun ini adalah US$ 890,06 juta. Paling tidak ada dua hal yang menjadi bekal optimisme Dian Swastatika. Dari sektor energi, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel V berkapasitas 2x150 megawatt (MW) akan beroperasi mulai tahun ini. Dus, pendapatan sektor setrum berpotensi meningkat. Selain PLTU, Dian Swastatika juga memiliki
captive power plant yang tersebar di Serang dan Karawang.
Captive power plant adalah fasilitas pembangkit listrik yang digunakan dan dikelola oleh sebuah perusahaan untuk keperluan sendiri.
Bekal optimisme Dian Swastatika yang lain berasal dari sektor pertambangan batubara. Mereka akan memanfaatkan tren kenaikan harga batubara yang merupakan efek dari gangguan produksi batubara di Australia. Selain dua katalis positif tadi, Dian Swastatika akan mengembangkan sektor TV kabel dan internet. Perusahaan berkode saham DSSA di Bursa Efek Indonesia itu ingin kontribusi pendapatan My Republic meningkat dua kali lipat tahun ini. Strategi Dian Swastatika adalah menambah jumlah pelanggan ritel. Hingga akhir tahun lalu, ada sekitar 76.000 pelanggan ritel. "Perusahaan menargetkan jumlah pelanggan tumbuh dua kali lipat pada tahun 2017 ini," ujar Hermawan Tarjono, Sekretaris Perusahan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk kepada KONTAN, Rabu (5/4). Peluang akuisisi Target pertumbuhan pendapatan Dian Swastatika tahun 2017 terbilang agresif. Mengingat, pendapatan tahun 2016 turun 6,34% menjadi US$ 712,05 juta. Manajemen perusahaan bilang, pendapatan susut karena penerapan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 berupa Perjanjian Konsesi Jasa dalam laporan keuangan. Sesuai dengan ISAK 16, pada tahun 2015 anak perusahaan Dian Swastatika membukukan sebagian besar pendapatan usaha dari pengembalian modal investasi konstruksi PLTU. "Sedangkan pada tahun 2016, anak perusahaan hanya membukukan sisa pendapatan usaha dari pengembalian modal investasi konstruksi PLTU tersebut," terang Hermawan. Sebagai informasi, ISAK 16 berkaitan dengan pengakuan pendapatan, aset tetap dan beban depresiasi perusahaan listrik swasta alias
independent power producer (IPP). Pencatatan itu menyangkut perjanjian jual-beli listrik antara perusahaan listrik swasta seperti Dian Swastatika, dengan PLN.
Terlepas dari pelaporan keuangan, hasrat Dian Swastatika mengembangkan bisnis setrum masih besar. Mereka ingin menambah satu atau dua proyek PLTU pada tahun ini. Caranya dengan mengikuti tender atau mengakuisisi perusahaan pembangkit listrik lain. Sembari mencari peluang, Dian Swastatika melanjutkan pembangunan PLTU Kendari III berkapasitas 2x50 MW dan PLTU Kalteng I berkapasitas 2x100 MW. Nilai investasi masing-masing proyek US$ 200 juta dan US$ 337 juta. Target operasional keduanya tahun 2019. Dian Swastatika memperkirakan, kebutuhan batubara kedua PLTU itu mencapai 1,5 juta ton. Mereka akan memanfaatkan cadangan batubara yang ada. "Namun perusahaan terbuka terhadap peluang akuisisi tambang baru, terutama yang mendukung pengembangan usaha-usaha di sektor ketenagalistrikan," tutur Hermawan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini