JAKARTA. Ketika pembiayaan kendaraan bermotor lebih seret lantaran aturan uang muka dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), perusahaan asuransi juga terkena imbas. Alhasil, banyak pemain asuransi yang mengurangi porsi penjaminan kendaraan dan berbondong-bondong memperbesar lini bisnis lain, salah satunya masuk asuransi kesehatan. Nah, di tengah sengitnya persaingan, Asuransi Tugu Pratama Indonesia dan Asuransi Jasindo justru menghentikan sementara produk asuransi kesehatan mereka. Keduanya tak lagi menjual polis baru, tapi tetap melayani nasabah yang sudah mengambil produk tersebut. Budi Herawan, Kepala Bidang Statistik, Analisa dan Informasi Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), mengatakan Tugu Pratama dan Jasindo mengalami overheating. "Kecukupan premi dengan klaim tidak sebanding. Jadi mereka merugi dan menyetop sementara penjualan," ujar Budi, kemarin.Meski berhenti berjualan sementara, Budi yakin, kedua perusahan tersebut akan kembali berjualan. Ini karena potensi bisnis asuransi kesehatan sendiri terbilang gurih. AAUI mencatat, hingga kuartal I-2013, perolehan premi asuransi kesehatan mencapai Rp 1,3 triliun. Pertumbuhannya sebesar 48,4% dari Rp 904,4 miliar di kuartal pertama tahun lalu. Perolehan premi asuransi kesehatan berkontribusi 13% dari total premi industri yang mencapai Rp 10,5 triliun. Klaim asuransi kesehatan mencapai Rp 537,2 miliar, tumbuh 35,4% year on year dari Rp 396,7 miliar. Kontribusi klaim asuransi kesehatan sendiri mencapai 5% dari pembayaran total klaim senilai Rp 3,83 triliun.Bisa menjadi bisnis intiTapi bagi pemain lain, asuransi kesehatan masih begitu memesona. Adalah Asuransi Mitra Maparya dan Asuransi Bintang yang mulai mengurangi ketergantungan perolehan premi kendaraan, dan memilih memperbesar kontribusi premi asuransi kesehatan. "Penetrasi asuransi kesehatan masih rendah tidak sebanding dengan jumlah perusahaan saat ini sehingga kebutuhannya masih besar," ujar Joseph Angkasa, Direktur Utama Mitra Maparya.Zafar D. Idham, Direktur Utama, Asuransi Bintang, menjelaskan premi asuransi kendaraan bermotor tidak lagi tumbuh besar, sedangkan tarif asuransi properti terlalu murah. Di sisi lain, pasar asuransi kesehatan masih luas, perolehan premi bagus dan pembayaran klaim terbilang pasti. "Jika dikelola dengan baik, bisa menjadi inti bisnis," kata Zafar. Layanan asuransi kesehatan di Asuransi Bintang berasal dari lini usaha syariah, dengan 20.000 peserta.Berbagai perusahaan lain juga menunjukkan keinginan bermain di ceruk asuransi kesehatan. Adira Insurance ingin memperbesar porsi asuransi kesehatan lantaran tak ingin terlalu bergantung pada asuransi motor. Asuransi Astra Buana yang kesohor dengan produk Garda Oto sebelumnya juga mengatakan, ingin memperbesar segmen ini.Asuransi Wahana Tata malah berencana merilis produk kesehatan. Ini untuk melengkapi layanan proteksi properti dan kendaraan bermotor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dua asuransi stop asuransi kesehatan
JAKARTA. Ketika pembiayaan kendaraan bermotor lebih seret lantaran aturan uang muka dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), perusahaan asuransi juga terkena imbas. Alhasil, banyak pemain asuransi yang mengurangi porsi penjaminan kendaraan dan berbondong-bondong memperbesar lini bisnis lain, salah satunya masuk asuransi kesehatan. Nah, di tengah sengitnya persaingan, Asuransi Tugu Pratama Indonesia dan Asuransi Jasindo justru menghentikan sementara produk asuransi kesehatan mereka. Keduanya tak lagi menjual polis baru, tapi tetap melayani nasabah yang sudah mengambil produk tersebut. Budi Herawan, Kepala Bidang Statistik, Analisa dan Informasi Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), mengatakan Tugu Pratama dan Jasindo mengalami overheating. "Kecukupan premi dengan klaim tidak sebanding. Jadi mereka merugi dan menyetop sementara penjualan," ujar Budi, kemarin.Meski berhenti berjualan sementara, Budi yakin, kedua perusahan tersebut akan kembali berjualan. Ini karena potensi bisnis asuransi kesehatan sendiri terbilang gurih. AAUI mencatat, hingga kuartal I-2013, perolehan premi asuransi kesehatan mencapai Rp 1,3 triliun. Pertumbuhannya sebesar 48,4% dari Rp 904,4 miliar di kuartal pertama tahun lalu. Perolehan premi asuransi kesehatan berkontribusi 13% dari total premi industri yang mencapai Rp 10,5 triliun. Klaim asuransi kesehatan mencapai Rp 537,2 miliar, tumbuh 35,4% year on year dari Rp 396,7 miliar. Kontribusi klaim asuransi kesehatan sendiri mencapai 5% dari pembayaran total klaim senilai Rp 3,83 triliun.Bisa menjadi bisnis intiTapi bagi pemain lain, asuransi kesehatan masih begitu memesona. Adalah Asuransi Mitra Maparya dan Asuransi Bintang yang mulai mengurangi ketergantungan perolehan premi kendaraan, dan memilih memperbesar kontribusi premi asuransi kesehatan. "Penetrasi asuransi kesehatan masih rendah tidak sebanding dengan jumlah perusahaan saat ini sehingga kebutuhannya masih besar," ujar Joseph Angkasa, Direktur Utama Mitra Maparya.Zafar D. Idham, Direktur Utama, Asuransi Bintang, menjelaskan premi asuransi kendaraan bermotor tidak lagi tumbuh besar, sedangkan tarif asuransi properti terlalu murah. Di sisi lain, pasar asuransi kesehatan masih luas, perolehan premi bagus dan pembayaran klaim terbilang pasti. "Jika dikelola dengan baik, bisa menjadi inti bisnis," kata Zafar. Layanan asuransi kesehatan di Asuransi Bintang berasal dari lini usaha syariah, dengan 20.000 peserta.Berbagai perusahaan lain juga menunjukkan keinginan bermain di ceruk asuransi kesehatan. Adira Insurance ingin memperbesar porsi asuransi kesehatan lantaran tak ingin terlalu bergantung pada asuransi motor. Asuransi Astra Buana yang kesohor dengan produk Garda Oto sebelumnya juga mengatakan, ingin memperbesar segmen ini.Asuransi Wahana Tata malah berencana merilis produk kesehatan. Ini untuk melengkapi layanan proteksi properti dan kendaraan bermotor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News