Dua bankir spesialis korporasi berlabuh di BNI, apa rencana dirut baru BNI?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua eks direksi PT Bank Mandiri Tbk yakni Royke Tumilaar dan Silvano Rumantir diangkat menjadi direksi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Rabu (2/9).

Pemegang saham BNI menunjuk Royke menjadi Direktur Utama Bank BNI. Sementara Silvano menjadi Direktur Corporate Banking BNI. Dalam video vonference, Royke mengatakan, penunjukannya dan Silvano sebagai manajemen BNI tentu telah menjadi pertimbangan para pemegang saham.

Menurut Royke, BNI memang memang punya karakteristik segmen kredit yang serupa dengan Bank Mandiri, yakni kuat di kredit korporasi. Royke sendiri telah bergabung dengan Bank Mandiri sejak tahun 1999. Dia telah menjadi direksi di bank berlogo pita emas tersebut sejak tahun 2011.


Royke juga sempat menjabat sebagai Direktur Corporate Banking di Bank Mandiri. Sementara itu, Silvano Rumantir juga punya spesialisasi perbankan pada segmen korporasi.

Silvano tercatat pernah dipercaya sebagai Senior Executive Vice President (SEVP) Corporate Banking Bank Mandiri, sebelum menduduki kursi Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri. Sebelum berkarier di Bank Mandiri, Silvano pernah menjabat sebagai Direktur Corporate Finance Deutsche Bank Singapura.

Baca Juga: Ditunjuk jadi Dirut BNI, Royke Tumilaar: Saya akan jalankan amanah dengan baik

Penunjukan dua bankir ini bisa dikaitkan dengan rencana pemegang saham untuk mendorong segmen korporasi di Bank BNI. Sebab, merujuk pada presentasi BNI, komposisi kredit korporasi di BNI memang sangat dominan.

Tercatat, sebanyak 54,4% dari total kredit BNI yang mencapai Rp 576,77 triliun per Juni 2020 mengalir ke segmen koporasi. Rinciannya, sebanyak 34% merupakan korporasi swasta dengan realisasi sebesar Rp 196,32 triliun per semester I 2020 dan tumbuh 12,6% secara year on year (yoy).

Sementara sisanya, sebanyak Rp 117,79 triliun merupakan kredit korporasi BUMN dengan pertumbuhan mencapai 6,1% yoy. Tingkat kesehatan kredit korporasi di BNI juga bisa dibilang rendah dengan NPL sebesar 2,2%. Jauh lebih rendah dibandingkan segmen lain.

Royke mengatakan, segmen korporasi akan tetap menjadi fokusnya dalam membangun pertumbuhan di Bank BNI. Dia juga tidak memungkiri kalau penunjukan dirinya juga didasarkan atas pengalamannya mengelola bisnis kredit korporasi di Bank Mandiri.

"Kalau dilihat dari komposisi perubahan manajemen, bisa dilihat apa yang menjadi target pemegang saham. Saya tidak bisa bilang persis seperti itu, tapi memang BNI kurang lebih kekuatannya sama dengan Bank Mandiri," ungkapnya.

Royke juga menyinggung tentang masih besarnya ceruk kredit korporasi yang bisa digali antara BNI. Seperti di sektor infrastruktur atau proyek pemerintah.

Lantaran memiliki karakteristik sama, Royke tidak menampik bahwa ke depan bisa saja Bank BNI dan Bank Mandiri berkolaborasi untuk mendorong segmen korporasi yang menjadi andalan kedua bank.

Walau ditunjuk menjadi nakhoda baru BNI, Royke belum akan banyak mengubah target bisnis BNI. "Target ini menjadi tantangan bagi saya untuk membawa dewan direksi baru dalam sebuah sinergi yang produktif dan strategis untuk bisa memenuhi target tersebut," katanya.

Dirinya tidak akan melakukan perubahan banyak dari strategi yang lama dan akan menyesuaikan dengan ekspektasi para stakeholder, termasuk pegawai BNI yang biasa disebut BNI Hi-Movers.

Royke berharap, BNI bisa tumbuh menjadi bank dengan scope internasional bisnis, termasuk jadi bank refferal dan koresponden utama bagi lembaga, investor, serta bank asing. Untuk bisa menjadi bank seperti itu, dibutuhkan aksi korporasi untuk membesarkan aset BNI, baik organik maupun anorganik, agar akselerasi menjadi bank global bisa cepat terlaksana.

Baca Juga: Royke Tumilaar jadi Dirut Bank BNI, begini susunan komisaris dan direksi perseroan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat