Dua bulan pertama, utang dollar RI US$ 7,2 miliar



JAKARTA. Pemerintah dan swasta Indonesia jor–joran menarik utang luar negeri di awal tahun politik 2014. Selama dua bulan pertama 2014 , yakni Januari dan Februari 2014, jumlah utang luar negeri yang ditarik masuk ke dalam negeri mencapai US$ 7,2 miliar. Total utang baru ini berasal dari utang pemerintah US$ 4 miliar dan utang swasta sebanyak US$ 3,2 miliar.

Mengutip kantor berita Bloomberg, nilai utang luar negeri swasta terbesar ditarik oleh perusahaan milik taipan Chairul Tanjung, yaitu CT Corp. Perusahaan ini telah menarik utang luar negeri sebanyak US$ 2,95 miliar yang berasal dari sindikasi perbankan. Jumlah utang CT Corp tahun ini meningkat dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 1,94 miliar.

Swasta lain yang mencetak utang di awal tahun adalah PT Multipolar. Adapun surat utang yang diterbikan senilai US$ 30 juta dengan kupon 9,75%  dan jatuh tempo 2018.


Sedangkan utang pemerintah sebanyak US$ 4 miliar berasal dari penerbitan global bond. Bloomberg menulis banyaknya utang dollar yang masuk ke Indonesia, tidak lepas dari optimisme Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri bahwa pertumbuhan ekonomi 2014 bisa mencapai 5,8%. Ini pula yang kemudian membuat penjualan obligasi dollar baik oleh korporasi maupun Pemerintah Indonesia memiliki kinerja terbaik di Asia Tenggara.

Sebelumnya, Harian KONTAN (10/1/2014) juga telah menulis kelompok usaha ini sedang mencari pinjaman US$ 1,27 miliar untuk membiayai kembali utangnya. Namun pemilik CT Corp Chairal Tanjung enggan berkomentar banyak. "Saya no comment saja. Itu internal kami. Ada beberapa refinancing," kata Chairul Tanjung kepada KONTAN, Kamis (9/1) silam.

Dalam catatan Moody’s Investors Service dalam laporannya pada 19 Februari 2014 juga menyebutkan dana global yang dipompa ke pasar saham dan obligasi Indonesia telah mencapai US$ 2,9 miliar.  "Pasar kredit Indonesia sedang menguat dan optimis," kata Elsie Choo, kepala sindikasi pinjaman Bank of Tokyo - Mitsubishi UFJ Ltd. Selain refinancing, utang swasta luar negeri juga digunakan untuk ekspansi bisnis.

Perlu diwaspadai

Lonjakan utang oleh pemerintah maupun swasta sejatinya tidak akan menjadi masalah, jika pemilik utang memiliki manajemen pengelolaan utang dengan baik. Ekonom Samuel Asset Manajemen, Lana Soelistianingsih menilai, dalam kondisi ini Bank Indonesia perlu lebih waspada.

Terutama bagi perusahaan swasta yang penghasilannya berbasis mata uang garuda, tapi punya utang dollar. Kondisi ini akan membuat utang mereka berisiko tinggi begitu terjadi gejolak mata uang.

Karena itu Lana kembali mengingatkan pentingnya melakukan hedging atawa lindung nilai atas utang tersebut. Selain hedging, agar utang valas lebih aman, sebaiknya korporasi juga memiliki batas untuk bisa berutang. "Cukup tiga kali dari modal yang dia punya. Tidak boleh lewat," ujarnya, Rabu (5/3).

Selain itu, swasta juga harus mempunyai deposit valuta asing (valas) dalam negeri sebesar tiga kali lipat dari bunga dan cicilan pokok. Dengan adanya deposit itu, maka jika kondisi krisis di dalam negeri maka deposit ini bisa menjadi jaminan.

Sedangkan Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko berpendapat, tingginya utang swasta menjadi beban bagi rupiah.

Meskipun demikian, Deputi Gubernur Bank Indonesia  Perry Warjiyo menilai sampai saat ini utang swasta Indonesia masih aman. Sebab dalam pantauan BI, 80% utang swasta 2013 sudah punya lindung nilai secara natural.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan