KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua emiten rumah sakit yakni PT Medikaloka Hermina Tbk (
HEAL) dan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (
SAME) berencana mencari dana segar di bursa. Berdasarkan catatan Kontan.co.id,
HEAL berniat menggelar Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau
private placement. Perusahaan ini akan melepas sebanyak-banyaknya 297,3 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dalam keterbukaan informasi Jumat (2/10), manajemen
HEAL menjelaskan, dana dari hasil aksi korporasi ini akan digunakan untuk tambahan modal, serta mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan.
Sementara itu,
SAME berencana melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias
rights issue. Emiten pengelola rumah sakit OMNI itu bermaksud menerbitkan sebanyak-banyaknya 10,3 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 20 per saham.
Baca Juga: OYO siap tampung pasien isolasi mandiri Covid-19 Dana yang dihimpun itu akan digunakan untuk pengambilalihan PT Elang Medika Corpora (EMC).
SAME berencana mengambil alih 1,25 juta saham atau setara 99,99% dari modal disetor dan ditempatkan EMC. Adapun nilai nominalnya Rp 1 juta per saham. Oleh karena itu, harga pembeliannya mencapai Rp 1,25 triliun. Asal tahu saja, untuk melaksanakan aksi pencarian dana keduanya perlu mengantongi persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 10 November 2020 untuk
HEAL dan 24 November 2020 untuk
SAME.
Head of Investmnet Research Infovesta Wawan Hendrayana menilai, langkah yang dilakukan kedua emiten itu menarik meski pun tujuan penggunaan dananya berbeda. Walaupun pencarian dana
HEAL tidak untuk ekspansi, Wawan mengamati
private placement yang dilakukan bisa membantu mempertahankan kondisi keuangan HEAL. Sehingga ke depannya, pelaporan keuangan HEAL akan menjadi lebih baik. Sedangkan untuk
SAME, Wawan melihat emiten itu memang perlu ekspansi karena asetnya yang masih mini sejauh ini. Adapun langkah yang dilakukan keduanya dianggap positif mengingat emiten rumah sakit memiliki prospek cerah ke depan. Menurutnya, pandangan investor saat ini cenderung ke saham-saham berkaitan dengan kebutuhan kesehatan. "Saham lebih mudah dijual untuk saat ini karena kebutuhan kesehatan meningkat," jelas dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (19/10). Tidak jauh berbeda, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengungkapkan sektor kesehatan, termasuk rumah sakit, adalah sektor yang menarik di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Akan ekspansi, Sarana Meditama Metropolitan (SAME) siapkan dana Rp 1,25 triliun Secara umum, emiten rumah sakit dianggap memiliki prospek cerah selain emiten farmasi. Dengan perkembangan vaksin Covid-19, masyarakat akan berani kembali mengunjungi rumah sakit. Ini akan mengerek tingat kunjungan pasien rawat jalan maupun rawat inap. Di sisi lain, distribusi vaksin yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta nantinya tetap memerlukan rumah sakit sebagai sarana penyuntikannya. Sehingga, sekalipun dananya tidak dimanfaatkan untuk ekspansi, langkah
HEAL bertahan melalui
private placement dianggap tepat karena perusahaan itu memiliki potensi berkembang lebih tinggi ke depan. Apalagi, pangsa pasar HEAL adalah ibu dan anak. "HEAL punya pasarnya sendiri sehingga ini bisa menjadi nilai tambah," tegas Nico. Sementara untuk SAME, pencarian dana lebih menarik karena digunakan untuk ekspansi. Akan tetapi, investor perlu kembali mencermati nilai strategis dari transaksi pengambilalihan saham itu. Investor dapat mencermati dampak ekpansi terhadap kinerja perusahaan.
Jagokan MIKA
Secara garis besar, kedua analis di atas kompak mengungkapkan aksi korporasi yang dilakukan
HEAL dan
SAME merupakan langkah positif. Akan tetapi terkait rekomendasi saham, di antara emiten rumah sakit yang melantai di bursa, keduanya masih menjagokan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). "Secara fundamental dan kapitalisasi pasar paling tinggi dibanding saham emiten rumah sakit lain," jelas Wawan. Ia pun merekomendasikan beli dengan target harga sekitar Rp 3.000 dengan jangka waktu setahun ke depan. Tidak jauh berbeda, Nico juga menjagokan saham MIKA karena secara ekspansi, seperti merger dan akuisisi, paling menarik dibanding emiten lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat