KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (
FIRE) masih akan mengamati situasi pasar sebelum menetapkan target memasuki paruh kedua tahun ini. Direktur Utama FIRE Aris Munandar menjelaskan, pihaknya masih menganalisa lebih jauh mengenai kondisi pasar yang terdampak sejumlah sentimen. "Kita masih analisa untuk berhati-hati karena harga terus menurun. Permintaan terus turun dan pembatasan terhadap pasar China dan India," jelas Aris kepada Kontan.co.id, Senin (22/6).
Baca Juga: Alfa Energi (FIRE) menyisakan dana buyback saham Rp 4,7 miliar Aris melanjutkan, pasar India terpengaruh pasalnya negara tersebut tengah memasuki musim hujan monsun yang bakal berdampak pada turunnya permintaan batubara. Di sisi lain, China masih menerapkan pembatasan kuota impor. Kondisi kedua negara disebut memberikan dampak pada pasar batubara mengingat keduanya merupakan
major buyer batubara tanah air. Aris memastikan pihaknya juga berupaya mencari alternatif pasar ekspor lain. Kendati demikian, situasi harga batubara yang belum membaik dinilai cukup berpengaruh. "Kita sudah ada
buyer baru untuk alternatif, tapi semua ujungnya di harga. Permintaan domestik juga turun," kata Aris. Kendati demikian, Aris belum mau buka-bukaan soal negara tujuan ekspor yang jadi alternatif pasar FIRE. Yang terang, Aris mengungkapkan dalam dua pekan ke depan, situasi pasar dinilai masih belum akan membaik. Untuk itu, pihaknya memilih langkah
wait & see sebelum mengambil keputusan. Hal ini juga berlaku untuk target pendapatan di sisa tahun ini. "Kita masih kaji dan lihat
outlook Juli seperti apa," jelas Aris. Aris menjelaskan, per kuartal I 2020 realisasi penjualan batubara mencapai sekitar 400.000 ton.
Baca Juga: Usai merugi, Alfa Energi Investama (FIRE) bukukan laba bersih Rp 10,54 miliar di 2019 Mengutip penyampaian dampak pandemi covid-19 FIRE ke Bursa Efek Indonesia, per Juni 2020 manajemen FIRE menyatakan, terjadi dampak pembatasan operasional dengan perkiraan waktu 1 hingga 3 bulan. Selain itu, entitas cucu perseroan yaitu PT Alfara Delta Persada yang berlokasi di Kutai Kartanegara masih mengurangi produksi menyusul penurunan signifikan permintaan pasar domestik dan ekspor.
Sebagai langkah strategi, pada sisi
trading manajemen FIRE bakal mengurangi posisi
offtake jangka panjang sembari menunggu membaiknya kondisi pasar batubara. Sementara itu, FIRE juga bakal menjaga efisiensi dengan pembatasan pemakaian alat berat produksi yang disesuaikan dengan permintaan yang ada. Dalam catatan Kontan, pada awal tahun lalu, FIRE pun memutuskan untuk mempertahankan target volume penjualan batubara di 2020 di kisaran 1,5 juta ton. Sebagai catatan, jumlah tersebut setara dengan realisasi volume penjualan batubara perusahaan hingga kuartal III-2019 yakni 1,5 juta ton. Aris Munandar mengatakan, dari total volume penjualan batubara sebanyak 1,5 juta ton tersebut, sebanyak 1 juta ton di antaranya berasal dari hasil produksi. Adapun 500.000 ton batubara lainnya berasal dari kegiatan
trading. Adapun, FIRE menyiapkan dana belanja modal atau
capital expenditure (capex) sekitar US$ 2 juta pada tahun 2020. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .