KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor ritel terlihat lesu pada kuartal III-2023. Hasil Survei Penjualan Ritel Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada bulan September 2023 sebesar 200,2 atau turun 1,9% MoM dari 204,1 pada bulan sebelumnya. Emiten yang kinerjanya lesu antara lain Matahari (LPPF), Hero Supermarket (HERO), dan Matahari Putra Prima (MPPA). Pengamat Bisnis, Teguh Hidayat menilai tren bisnis ritel lesu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada kuartal III-2023 semua sektor ritel sepi karena tidak adanya momentum pada periode tersebut. Adanya momentum memang membantu menggenjot penjualan bisnis ritel, contohnya adalah momen Lebaran. "Pada kuartal lalu, ada momentum Lebaran, hari libur, sehingga orang-orang pada belanja baju dan seterusnya. Kinerja ritel bagus pada saat itu. Akan tetapi, memasuki kuartal III memang tidak ada momentum tertentu. Nanti, ketika kuartal IV akan ramai lagi ketika ada musim Natal dan Tahun Baru," tutur Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (30/10). Baca Juga: Menilik Penyebab Lesunya Kinerja Bisnis Ritel Saat Ini Lalu, faktor kedua adalah disrupsi dari adanya toko online atau online shop. Menurut Teguh, saat ini orang-orang mengunjungi toko offline itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sembako. Untuk berbelanja fashion atau baju, orang-orang lebih memilih berbelanja di e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. "Faktor kedua ini cukup signifikan berpengaruh terhadap kinerja emiten di sektor ritel," ungkap Teguh. Namun, sejumlah ritel tetap bertahan di tengah gempuran e-commerce, contohnya adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. Gerai ritel yang dikelola oleh perusahaan tersebut di antaranya adalah Starbucks, Subway, Zara, dan lain-lain. Menurut Teguh, perusahaan ini kuat karena memanfaatkan sektor offline untuk menawarkan pengalaman "nongkrong". "Perusahaan seperti Matahari, memang memiliki official account di Shopee dan Tokopedia, mereka memang sudah bagus memiliki toko online juga. Akan tetapi, belum terlalu fokus ke situ (toko online) dan perlu dikembangkan. Sudah bagus, tetapi selain itu Mitra Adiperkasa tetap kuat di sektor offline karena mereka tidak hanya menawarkan pengalaman berbelanja, tetapi juga pengalaman nongkrong, ini yang tidak bisa diperoleh dari online," ucap Teguh.
Dua Faktor Penyebab Bisnis Ritel Lesu
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor ritel terlihat lesu pada kuartal III-2023. Hasil Survei Penjualan Ritel Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada bulan September 2023 sebesar 200,2 atau turun 1,9% MoM dari 204,1 pada bulan sebelumnya. Emiten yang kinerjanya lesu antara lain Matahari (LPPF), Hero Supermarket (HERO), dan Matahari Putra Prima (MPPA). Pengamat Bisnis, Teguh Hidayat menilai tren bisnis ritel lesu disebabkan oleh dua faktor. Pertama, dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada kuartal III-2023 semua sektor ritel sepi karena tidak adanya momentum pada periode tersebut. Adanya momentum memang membantu menggenjot penjualan bisnis ritel, contohnya adalah momen Lebaran. "Pada kuartal lalu, ada momentum Lebaran, hari libur, sehingga orang-orang pada belanja baju dan seterusnya. Kinerja ritel bagus pada saat itu. Akan tetapi, memasuki kuartal III memang tidak ada momentum tertentu. Nanti, ketika kuartal IV akan ramai lagi ketika ada musim Natal dan Tahun Baru," tutur Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (30/10). Baca Juga: Menilik Penyebab Lesunya Kinerja Bisnis Ritel Saat Ini Lalu, faktor kedua adalah disrupsi dari adanya toko online atau online shop. Menurut Teguh, saat ini orang-orang mengunjungi toko offline itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sembako. Untuk berbelanja fashion atau baju, orang-orang lebih memilih berbelanja di e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. "Faktor kedua ini cukup signifikan berpengaruh terhadap kinerja emiten di sektor ritel," ungkap Teguh. Namun, sejumlah ritel tetap bertahan di tengah gempuran e-commerce, contohnya adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. Gerai ritel yang dikelola oleh perusahaan tersebut di antaranya adalah Starbucks, Subway, Zara, dan lain-lain. Menurut Teguh, perusahaan ini kuat karena memanfaatkan sektor offline untuk menawarkan pengalaman "nongkrong". "Perusahaan seperti Matahari, memang memiliki official account di Shopee dan Tokopedia, mereka memang sudah bagus memiliki toko online juga. Akan tetapi, belum terlalu fokus ke situ (toko online) dan perlu dikembangkan. Sudah bagus, tetapi selain itu Mitra Adiperkasa tetap kuat di sektor offline karena mereka tidak hanya menawarkan pengalaman berbelanja, tetapi juga pengalaman nongkrong, ini yang tidak bisa diperoleh dari online," ucap Teguh.