Dua investor asing ini bakal divestasi sahamnya di bank domestik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya ramai mencaplok saham perbankan di Indonesia, investor asing juga berencana menjual kepemilikan sahamnya di bank domestik. Yang terbaru misalnya, Standard Chartered (StanChart) sudah mengumumkan kalau pihaknya berniat menjual 45% sahamnya di PT Bank Permata Tbk.

Hal ini merupakan bagian dari upaya bank asal Inggris tersebut untuk meningkatkan imbal hasil atas modal alias return on tangible equity (RoTE). Langkah ini sejalan dengan strategi jangka menengah StanChart yang menargetkan RoTE secara global naik menjadi 10% pada 2021, dari sekitar 5% saat ini.

Rencana divestasi saham di Bank Permata tersebut diumumkan bersamaan dengan strategi bisnis baru StanChart secara global untuk merestrukturisasi operasional di pasar dengan kinerja rendah.


Ada empat negara operasional StanChart yang dinilai berkinerja buruk yaitu Indonesia, India, Korea Selatan (Korsel), dan Uni Emirat Arab. Namun, belum dipastikan apakah StanChart bakal hengkang sepenuhnya dari keempat pasar tersebut.

Sebagai catatan saja, kepemilikan saham di Bank Permata saat ini dipegang masing-masing 44,56% oleh Standard Chartered Bank dan PT Astra Internasional Tbk sementara sisanya dimiliki publik atau sebanyak 10,88%.

Nah, hembusan isu masuknya investor ke dalam struktur kepemilikan saham di Bank Permata pun kian ramai. Misalnya, dari domestik ada PT Bank Mandiri Tbk yang dikabarkan berminat mencaplok sebagian saham Bank Permata.

Namun, melansir pemberitaan yang dimuat Kontan.co.id (20/2) lalu Manajemen Bank Mandiri melalui Investor Relation Yohan Setio menyebutkan kalau pihaknya sedang tidak dalam pengkajian aksi tersebut.

"Kami tidak dalam proses melakukan due dilligence sebagaimana rumor yang beredar. Sebagai perusahaan tercatat, jika sesuatu terjadi, kami pasti akan membuat pengumuman yang resmi dan sesuai dengan peraturan pasar modal," Ujar Yohan.

Bukan cuma Bank Mandiri yang dikabarkan tertarik membeli Permata, investor asal Jepang yakn Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) juga disebut tertarik membeli saham di bank berkode bursa BNLI tersebut. Namun, hingga kini pihak Sumitomo maupun Bank Permata belum memberikan konfirmasi terkait ketertarikan investor.

Yang jelas, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai akhir bulan Januari 2019 lalu menyatakan belum menerima informasi terkait hal tersebut.

Selain StanChart yang mengumumkan niatnya untuk menjual sahamnya di Bank Permata. Austalia & New Zealand Banking Group Ltd. (ANZ) juga dikabarkan akan melakukan divestasi atas saham di PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin (PNBN).

Rencana tersebut sudah digaungkan setidaknya sejak September 2018 lalu, ANZ bahkan disebut-sebut sudah menyewa jasa Morgan Stanley untuk membantu proses divestasi tersebut menurut Bloomberg (19/9). Saat ini, ANZ tercatat memiliki 38,8% saham Bank Panin dengan nilai sebesar US$ 553 juta atau sekitar Rp 8,23 triliun.

Sejatinya, sudah sejak lama ANZ ingin keluar dari PNBN. Beberapa pembicaraan dengan calon investor strategis juga sempat beberapa kali dilakukan. Namun, pembicaraan tersebut tidak menemukan titik temu.

Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo juga memilih untuk tidak berkomentar terkait hal tersebut dan menyerahkan seluruhnya ke pihak ANZ. "Urusan ANZ, silahkan hubungi ke ANZ," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (26/2).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi