Dua Kali ARB, Begini Nasib Saham dan Market Cap Alamtri Resources (ADRO)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) yang sempat menyentuh Rp 4.300 per saham dalam sebulan terakhir, tumbang dalam dua hari berturut-turut setelah memasuki masa ex-date dividen tambahan final tunai.

Dalam dua hari perdagangan terakhir pekan ini, harga saham ADRO mentok auto rejection bawah (ARB) dengan penurunan hampir 25%. Dalam sepekan, harga saham emiten yang sebelumnya bernama PT Adaro Energy Indonesia Tbk ini terjun 43,48%, menurut data RTI.

Penurunan harga saham ADRO turut memangkas kapitalisasi pasar alias market cap emiten milik Garibaldi Thohir ini. Per Jumat (29/11), market cap ADRO hanya sebesar Rp 63,98 triliun dengan harga saham Rp 2.080 per saham.


Dalam sepekan, market cap ADRO melorot Rp 51,36 triliun dari posisi akhir pekan lalu Rp 115,34 triliun pada Jumat (22/11).

Baca Juga: IHSG Terjun ke 7.114, BMRI, ADRO, BBRI Top Laggards Hari Ini (29/11)

Seperti diketahui, ADRO akan membagi tambahan dividen tunai final dengan nilai jumbo. ADRO akan membagikan dividen jumbo dengan nilai hingga US$ 2,62 miliar yang setara Rp 41,77 triliun.

Dividen tunai ADRO mencapai Rp 1.358,18 per saham. Tambahan dividen tunai final yang diberikan ADRO merupakan bagian dari rangkaian divestasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Rencana pembagian tambahan dividen tunai final agar para pemegang saham ADRO, atas pilihannya sendiri, dapat berpartisipasi dalam pembelian saham AADI.

Pencatatan saham AADI di BEI yang dilakukan melalui Initial Public Offering (IPO) dijadwalkan berlangsung pada 5 Desember 2024. Sedangkan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS) bagi pemegang saham ADRO yang memiliki hak eksekusi satu hari bursa setelah AADI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam skema PUPS, ADRO berencana melakukan penawaran umum atas sebanyak-banyaknya 7.008.202.240 saham AADI. Recording date pemegang saham ADRO yang berhak berpartisipasi pada PUPS adalah 29 November 2024.

Baca Juga: Permintaan Lesu, Simak Prospek Harga Komoditas Energi di Awal 2025

Berdasarkan prospektus PUPS yang diterbitkan 29 November 2024, pemegang saham yang memiliki 4.389 saham ADRO akan mendapatkan 1.000 hak membeli saham. Satu hak membeli saham dapat digunakan untuk membeli satu saham AADI dengan membayar sebesar harga penawaran.

"Harga penawaran adalah sebesar volume harga rata-rata tertimbang per saham AADI yang terbentuk setelah penutupan perdagangan di hari pencatatan saham AAI di Bursa Efek," ungkap ADRO dalam prospektus.

Ketentuan harga penawaran final sebagai berikut:

  • Serendah-rendahnya akan menggunakan nilai wajar saham AAI berdasarkan hasil penilai independen atau sebesar Rp 5.546
  • Setinggi-tingginya sebesar 107,5% dari hasil penilaian dari penilai independen atau sebesar Rp 5.960 per saham
Jika harga rata-rata tertimbang yang terbentuk setelah penutupan perdagangan hari perdana berada di bawah harga wajar, maka harga penawaran final PUPS akan sama dengan harga pasar wajar berdasarkan penilaian dari penilai independen.

Jika harga harga rata-rata tertimbang yang terbentuk setelah penutupan perdagangan hari perdana lebih tinggi daripada 107,5% penilaian independe, maka harga penawaran PUPS final adalah 107,5% atau Rp 5.960 per saham.

"Dalam hal terdapat pemegang saham ADRO yang tidak melaksanakan hak membeli saham, maka sisa saham yang ditawarkan akan tetap menjadi milik Alamtri Resources Indonesia," ungkap ADRO.

Baca Juga: Saham Alamtri Resources (ADRO) Sentuh ARB, Turun 24,80% Saat Ex Date Dividen

Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, ada tiga skenario yang diproyeksikan Stockbit.

Pada skenario dasar, Stockbit memproyeksikan Price Earning (PE) AADI bisa mencapai hingga 5 kali di harga Rp 10.900 dan ADRO naik 6,6 kali di harga Rp 1.900. 

"Harga saham AADI berpotensi mengalami re-rating ke level 5 kali PE, yang kami anggap sebagai level yang lebih wajar dan konservatif karena masih di bawah rata-rata lima tahun ADRO di 6,9 kali," jelas dia belum lama ini. 

Pada skenario bullish, re-rating valuasi AADI mencapai 5 kali dan PE ADRO bisa melonjak hingga 8,9 kali di harga Rp 2.850.

Sedangkan pada skenario bearish, valuasi ADRO bisa turun hingga 3,8 kali di harga Rp 1.110. 

Gani menjelaskan dalam skenario terburuknya, di mana saham ADRO divaluasi hanya menggunakan 50% kas plus 50% holding discount untuk PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR), maka investor berpotensi menderita rugi 5,7%. 

Baca Juga: Saham IPO AADI Dinilai Undervalued, Bahkan Lebih Murah dari Sektoral, ADRO dan ADMR

Dia memproyeksikan, pemegang saham ADRO yang tidak berpartisipasi dalam IPO AADI dan hanya mengambil dividen berpotensi mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah atau bahkan mengalami kerugian ketimbang yang berpartisipasi PUPS. 

"Ini karena investor yang tidak berpartisipasi dalam PUPS akan menghadapi potensi penurunan harga saham ADRO tanpa mendapatkan potensi upside dari kenaikan harga saham AADI," paparnya. 

Namun Gani mengingatkan, harga saham ADRO kemungkinan besar akan turun setelah spin off AADI dan pembagian dividen semakin menyusut seiring dengan berkurangnya potensi laba bersih. 

Baca Juga: Intip Prospek IPO MDIY dan AADI yang Punya Target Dana Jumbo

Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai, investor yang membeli saham AADI pada saat IPO berpeluang mendapatkan harga yang lebih murah ketimbang melalui skema PUPS karena ada potensi harga AADI naik setelah IPO.

"Tetapi kekurangannya, investor belum tentu juga mendapatkan volume yang banyak ketika mengejar target beli pada saat IPO. Sedangkan dengan skema PUPS, investor bisa memperoleh lebih banyak saham AADI," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (26/11). 

Sukarno menilai prospek jangka panjang ADRO masih menarik, meskipun setelah spin off unit batubara termal ini, kinerja ADRO bakal mengalami penurunan hingga 65%. 

Dalam hitungan Sukarno, dengan asumsi penurunan kinerja pasca spin off valuasi ADRO bisa menjadi 9,21 kali dari 3,26 kali dengan menggunakan harga di Rp 3.740 per saham. Angka ini sebenarnya masih menarik karena di bawah 15 kali PE. 

"Terlepas dari kehilangan potensi pendapatan dari batubara, ADRO berpeluang mendapatkan akses pendanaan yang lebih banyak atau membuat peluang investor baru untuk investasi di bisnis energi terbarukan," katanya. 

Selanjutnya: Kopi Starbucks di China Lebih Nikmat untuk Dibawa Pulang

Menarik Dibaca: Perbedaan Dua Jenis Bumbu Masakan Kecap Asin vs Tamari dari Kedelai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati