Dua menteri beda pendapat, nasib ekspor rotan menggantung



JAKARTA. Kemelut ekspor bahan baku rotan belum akan berakhir. Pemerintah mempunyai waktu sepekan untuk mengeluarkan aturan pengganti dari Permendag 36/2009 tentang ekspor rotan yang akan habis masa berlakunya pada 11 Oktober 2011.

Tapi keputusan penghentian ekspor bahan baku rotan masih akan berlangsung alot, karena badan penyangga harus siap lebih dulu.Pembahasan kelanjutan ekspor rotan saat ini sedang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. Namun keputusan untuk mengeluarkan aturan baru pengganti Permendag 36/2009 masih alot. Maklum dua menteri berbeda pandangan. Menperin MS Hidayat meminta ekspor rotan dihentikan, sedangkan Mendag Mari Elka Pangestu tetap menginginkan ada ekspor rotan.Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono menyebut, dua menteri yang berseteru soal rotan mestinya bersikap bijak. "Yang dilindungi hajat hidup nasional, bukan hanya barang jadi, tapi juga bahan baku," kata Ambar, Minggu (2/9).Menurut Ambar, jika ekspor bahan baku rotan dihentikan serta merta, maka akan terjadi gejolak masyarakat di daerah produsen rotan seperti Aceh, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal itu terjadi karena petani rotan bisa kehilangan mata pencaharian.Lebih lanjut, dia bilang, Asmindo sepakat ekspor rotan dihentikan. Tapi dengan catatan, badan penyangga yang berperan sebagai buffer stock sudah terbentuk dan berjalan. Badan penyangga wajib menampung seluruh hasil produksi daerah penghasil rotan dengan harga yang wajar. Jika buffer stock belum berjalan, maka ekspor rotan masih bisa dilakukan. "Permendag yang mengatur ekspor rotan itu sebenarnya sudah bagus," jelas Ambar.Di sisi lain, Penasehat Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Yos S Theosabrata menilai, ekspor bahan baku rotan sebenarnya hanya menguntungkan segelintir pengumpul atau eksportir rotan. "Mereka itu hanya 7 orang pengusaha tapi mengatasnamakan petani rotan," tukas Yos.AMKRI berpendapat, jika ekspor rotan dihentikan maka industri mebel rotan akan berkembang dan menyerap tenaga kerja. Selama ini, ekspor rotan telah menyebabkan industri di China maju pesat, sedangkan ratusan industri mebel rotan di dalam negeri gulung tikar. Ribuan orang menjadi kehilangan pekerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini