Dua menteri berseteru soal ekspor bahan baku rotan



JAKARTA. Sengkarut aturan main di industri rotan belum juga terurai. Kementerian Perdagangan dan Perindustrian belum menemukan kata sepakat mengenai kebijakan ekspor bahan baku rotan.

Pertemuan tertutup antara Menteri Perindustrian MS Hidayat dengan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu selama sekitar dua jam, Senin (26/9) belum berhasil juga menemukan titik temu.

Pertemuan itu sendiri membahas nasib industri rotan yang semakin terpuruk. Salah satu penyebabnya ekspor bahan baku rotan yang mengakibatkan industri rotan dalam negeri kekurangan pasokam bahan baku.


Mari Pangestu sendiri tetap akan mengizinkan ekspor bahan baku rotan. Memang, Kementerian Perdagangan tengah merevisi Permendag 36/2009 tentang Ketentuan Ekspor Rotan.

Tapi, dalam revisi itu, ekspor bahan baku rotan tetap tidak akan dihentikan. Tapi akan ada pembatasan. Kelak Kemdag akan menetapkan kuota rotan yang bisa diekspor. Caranya melalui lelang.

Dengan cara ini, ketersediaan bahan baku rotan bagi industri dalam negeri tetap terjaga. "Nanti 1 Oktober 2011 sudah keluar Permendag baru," kata Mari usai pertemuan, Senin (26/9).

Tapi menurut MS Hidayat, untuk memperkuat industri dalam negeri harus ada keberpihakan yang jelas. "Jangan sampai memberi amunisi pada pesaing," katanya.

Maka itu, Hidayat menginginkan agar ekspor bahan baku rotan dihentikan. Ekspor bahan baku rotan telah menyebabkan industri mebel rotan di negara lain berkembang. Namun industri di dalam negeri terpuruk karena tidak mampu bersaing.

Karena belum ada titik temu, dua kementerian itu membentuk tim kecil yang akan melakukan pembahasan selama dua minggu ke depan. Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Hatta Sinatra mengatakan, guna menyelamatkan industri mebel rotan dalam negeri, ekspor bahan baku rotan harus dihentikan. "Kalau pro industri dalam negeri, pro ekonomi dan pro job, tidak boleh ada kompromi," kata Hatta.

Hatta menilai langkah Kemdag dengan merevisi Permendag 36/2009 tidak cukup. Selama ini, kebijakan ekspor rotan dalam bentuk apapun terbukti membuat industri rotan di negara lain maju. "Sedangkan kita terpuruk," kata Hatta.

Ia mencontohkan industri mebel di China, kini maju pesat berbekal bahan baku rotan dari Indonesia. Akibatnya ekspor mebel rotan dari Indonesia sulit menembus pasar China karena mebel rotan China harganya lebih murah. Bahkan kini, China juga mengincar pasar mebel rotan di kawasan Eropa dan Amerika dan menjadi pesaing berat eksportir mebel Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can