Dua opsi pembangunan kereta cepat JKT-SBY



JAKARTA. Pemerintah memberikan dua pilihan konsep pengembangan kereta Jakarta- Surabaya ke investor. Dua pilihan konsep tersebut sudah ditawarkan ke Jepang waktu Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Shinzu Abe beberapa waktu lalu.

Konsep pertama, dengan menghilangkan perlintasan sebidang yang terdapat di jalur tersebut. Kedua, membangun jalur rel di atas (elevated). Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan mengatakan, setiap konsep memiliki keunggulan tersendiri.

Untuk konsep elevated, dari sisi investasi nilainya bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat lebih besar jika dibandingkan menghilangkan perlintasan sebidang. Dari sisi konstruksi pun, konsep ini akan lebih rumit.


Meskipun demikian konsep ini diyakini memiliki keunggulan. "Ini akan jangka panjang, tidak seperti konsep satunya, mungkin sekarang perlintasan sebidan dihilangkan, besok muncul lagi di titik lain bisa saja," katanya di Jakarta, Kamis (26/1).

Sementara itu untuk konsep penghapusan perlintasan sebidang, keuntungan lebih pada investasi yang lebih murah.

Sementara itu, Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat mengtakan, kalau pilihan yang diambil adalah menghilangkan perlintasan sebidang, setidaknya ada 988 perlintasan sebidang yang harus dihilangkan.

Dari jumlah tersebut, saat ini yang sudah dicoba dihilangkan dengan pembangunan jalan layang atau bawah tanah, baru di empat titik, antara lain; Klonengan - Prupuk dan Dermoleng - Ketanggungan. "Kalau itu bisa dihilangkan semua, itu bisa meningkat drastis kecepatannya tanpa harus merubah kereta dan spesifikasi relnya," katanya.

Namun, Budi menyerahkan kepada investor, termasuk Jepang mau memilih konsep yang mana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia