Dua pekan, asing keluar dari SBN Rp 17,9 T



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah iklim investasi Indonesia yang terus moncer akibat pemangkasan suku bunga Bank Indonesia dan peringkat ekonomi yang baik, kepemilikan asing di Surat Berharga Nasional (SBN) terlihat merosot.

Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuanga, kepemilikan asing di SBN per Selasa (9/10) tercatat Rp 808,34 triliun atau 39,22% dari total kepemilikan investor.

Secara year to date (ytd), jumlah tersebut naik 22,44% dari posisi akhir Desember di Rp 665,82 triliun. Tapi, jika dibandingkan dengan dua pekan lalu, 27 September, kepemilikan asing sempat mencetak angka tertinggi yaitu Rp 826,27 triliun. Artinya, dalam dua pekan terakhir, ada sekitar Rp 17,93 triliun dana asing keluar dari SBN.


Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro menjelaskan, keluarnya dana asing merupakan respons investor yang dipicu oleh sentimen global khususnya dari Amerika Serikat.

Ia menjabarkan, turunnya tingkat pengangguran AS dan peningkatan upah rata-rata pekerja AS, rencana The Fed yang secara bertahap melepas surat berharga pemerintah, dan persepsi positif investor asing terhadap penerapan reformasi pajak Presiden AS Donald Trump, menjadi rentetan sinyal positif pada perekonomian negara Paman Sam.

"Berbagai sentimen tersebut mendongkrak indeks dollar AS secara global sehingga memicu outflow investor asing dari pasar SBN," jelas Nico, Selasa (10/10).

Terkait tren rupiah yang cenderung melemah, Nico menjelaskan, investor asing lebih melihat posisi dollar yang terus menguat sehingga asing akan mulai mengurangi risiko. "Sehingga ini memicu mereka pindah ke aset yang diyakini sedang rendah risiko yakni keluar dari pasar SBN Indonesia," jelasnya. Dengan semakin banyaknya dana asing yang keluar, dapat berdampak pada penurunan harga-harga SBN.

Menurutnya, untuk mengembalikan minat asing pada SBN, pemerintah harus memutar otak untuk mencari cara memperbaiki ekonomi dari sisi kebijakan. Pasalnya secara fundamental, ekonomi Indonesia sudah stabil dengan inflasi yang terkendali dan peringkat S&P dan Moody's di investment grade

Pemotongan suku bunga BI memang bagus. Menurut Nico, keputusan itu masih menjadi sentimen kepercayaan tinggi pemerintah bahwa tidak akan terjadi gejolak yang masif. "Harus ada upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dibandingkan AS yang lebih agresif," imbuh Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini