Dua Pekan, Harga Saham BUMI Terpangkas 64%



JAKARTA. Gempa yang melanda saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Sejak pencabutan penghentian transaksi sementara atau suspend saham produsen batubara terbesar di Indonesia ini pada tanggal 6 November 2008 lalu, harga sahamnya terus melorot.

Kemarin, harga saham anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini anjlok 9,3% ke level Rp 780 per saham, dan kembali terkena mekanisme auto rejection. Alhasil, genap dua pekan terakhir, harga saham Bumi sudah tergerus 64% dari harga Rp 2.175 per saham (6/10). Para investor seakan tidak bosan mengobral saham Bumi. Kemarin, mereka harus antre melego 243,24 juta saham dengan harga penawaran Rp 780 per saham. Lantaran tidak bisa lagi menjual saham Bumi di pasar reguler, investor mengobralnya di pasar negosiasi dengan harga terendah Rp 650 per saham.

Padahal, masih segar dalam ingatan, harga saham emiten bersandi BUMI ini sempat bertengger di level Rp 8.750 per saham pada 10 Juni 2008. Saat itu, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 169,78 triliun, BUMI jadi penguasa lantai bursa dan mematahkan dominasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).


Kini atau enam bulan berselang sejak peristiwa bersejarah itu, harga saham BUMI sudah anjlok 91%. Nilai kapitalisasi pasarnya pun menyusut drastis jadi Rp 16,69 triliun. Bahkan, harga sahamnya sekarang sudah lebih rendah 7% dari nilai buku. Berdasarkan data Bloomberg, nilai buku per saham BUMI akhir semester satu 2008 sebesar US$ 0,07 atau setara Rp 840 per saham. (Kurs Rp 12.000 per dolar AS).

Artinya, rasio harga terhadap nilai buku per saham atau price to book value (PBV) BUMI kini juga tinggal sekitar 0,9 kali. PBV ini biasa dipakai untuk menentukan mahal atau murahnya harga suatu saham. Semakin kecil PBV, semakin murah harga suatu saham.

Norico Gaman, Analis BNI Securities, menghitung, rata-rata PBV saham emiten sektor batubara saat ini berkisar empat kali hingga enam kali. Ambil contoh, PBV saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang sebesar 3,24 kali. Artinya, sejatinya, saat ini harga saham Bumi sudah sangat murah. "Harga saham BUMI sudah di bawah harga wajarnya," ujar Norico, kemarin.

Menanti juragan baru

Dia bilang, harga wajar saham BUMI adalah Rp 3.500 per saham. Namun, sentimen negatif masih melingkupi Grup Bakrie. Maka, para investor saham pun mencampakkan semua saham yang masuk kelompok usaha itu. "Harga BUMI bisa terus jatuh ke level Rp 500 per saham," katanya. Norico mengaku sulit memperkirakan sampai kapan harga saham BUMI berhenti merosot.

Pengamat pasar modal Arief Budi Satria bilang, harga saham BUMI bisa kembali naik jika perusahaan berganti juragan dan investor baru masuk dengan membawa dana segar. Persoalannya, hingga kini belum ada kejelasan tentang transaksi penjualan 35% saham BUMI.

Memang, akhir bulan lalu, BNBR sudah bersepakat dengan Northstar Pacific untuk melego 35% saham BUMI senilai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 2.068 per saham. Tapi, hingga kini, belum ada titik terang kendati jadwal penutupan transaksi pada 28 November 2008. PTBA yang semula berminat bergabung dengan Northstar, belum memberi keputusan final. "Keputusan akhir menunggu hasil due diligence," kata Direktur Utama Bukit Asam Sukrisno.

Kejatuhan harga saham BUMI turut mengancam kesepakatan Northstar dengan BNBR. Bahkan, San Miguel Corporation yang semula ingin membeli 51% saham BUMI, kini tak kedengaran lagi kabar beritanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie