Dua penyebab mengapa rupiah terjerembab di 12.000



JAKARTA. Nilai mata uang rupiah kembali menyentuh level 12.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (18/6), rupiah berada pada level 11.978 per dollar AS, atau melemah 0,97% dari Selasa kemarin (17/6) yang di level 11.863 per dollar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara membenarkan rupiah sempat menyentuh level 12. 000 per dollar AS, namun saat ini sudah kembali berada di bawah 12.000 per dollar AS. Ada dua alasan yang menyebabkan pergerakan rupiah hingga menembus 12.000 per dollar AS. Pertama, antisipasi pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).

BI melihat kemungkinan data-data yang disajikan Bank Sentral Amerika The Fed trendnya lebih baik sehingga ada kemungkinan tapering off bisa selesai lebih cepat. "Kemungkinan suku bunga di Amerika akan naik lebih cepat," ujar Tirta yang dijumpai di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jakarta, Rabu (18/6). Kedua, tendensi konflik di Irak. Kontak bersenjata dikhawatirkan bisa memicu kenaikan harga minyak. Kemarin harga minyak sudah mencapai US$ 107 barel per hari.


Kedua hal inilah yang kemudian mengakibatkan pelemahan mata uang regional termasuk rupiah. Di sisi lain, dalam negerinya sendiri dengan triwulan II terdapat repatriasi aset yang menimbulkan permintaan tinggi terhadap valuta asing (valas).

Ketika ditanyakan apakah BI telah melakukan intervensi sehingga rupiah bisa kembali di bawah 12.000 per dollar AS, Tirta menjelaskan BI tidak melakukan intervensi. Pasar mempunyai mekanisme di mana suplai dan demand yang mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Kalaupun BI melakukan intervensi, intervensi tersebut dilakukan hanya untuk menjaga volatilitas rupiah agar tidak terlalu tajam. "Kalau rupiah naik turun terlalu tajam, ini menyulitkan pelaku pasar untuk membuat prediksi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa