Dua perusahaan asal Korea Selatan bakal membenamkan investasi di industri alas kaki



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus menggenjot investasi di sektor Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA). Pada tahun ini, Kementerian Perindustrian (Kemperin) menargetkan nilai investasi sektor IKTA mencapai Rp 117 triliun. Jumlah ini meningkat 24,47% dibandingkan realisasi tahun lalu senilai Rp 94 triliun.

Pemerintah memproyeksikan, penanaman modal dari sektor IKTA pada tahun ini bakal menyumbang 33% terhadap target investasi secara keseluruhan pada kelompok manufaktur nasional sebesar Rp 352 triliun. Salah satu penyumbang investasi tersebut adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki.

Presiden Joko Widodo belum lama ini melawat ke Korea Selatan. Hasilnya, Indonesia dan Korsel berkomitmen meningkatkan kerjasama investasi di sektor IKTA.


Salah satu perusahaan asal Korsel yang bakal membenamkan investasi di Indonesia adalah Parkland. Perusahaan ini bakal menggelontorkan investasi sebesar US$ 75 juta untuk membangun industri alas kaki di Pati, Jawa Tengah. Selain itu, ada Taekwang Industrial yang akan membangun industri alas kaki senilai US$ 100 juta di Subang dan Bandung, Jawa Barat.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakrie menilai, investasi yang dilakukan Parkland  sudah dicanangkan sejak tahun lalu. Adapun Parkland saat ini sudah beroperasi di daerah Banten.

Namun Firman belum mendengar rencana Taekwang Industrial untuk masuk Indonesia. "Ini bagus karena untuk bisa bersaing dengan negara lain, kita perlu investasi baru. Ini agar ekspor Indonesia bisa meningkat," kata dia kepada KONTAN, Kamis (13/9).

Kemperin mencatat, sektor produk alas kaki mampu mencatatkan nilai ekspor hingga Rp 66 triliun pada tahun lalu. Jumlah tersebut tumbuh 5,87% dibandingkan 2016. Tahun ini, target ekspornya akan mencapai US$ 5,3 miliar dan tahun depan sebesar US$ 6 miliar.

Firman menilai ekspor pada tahun ini bisa meningkat 5% dibandingkan tahun lalu. Namun nilai tersebut masih jauh di bawah ekspor Vietnam yang tahun lalu bisa tumbuh double digit atau senilai US$ 14 miliar. Bahkan Vietnam saat ini menjadi eksportir terbesar kedua setelah China. Sementara Indonesia berada di posisi keenam dunia sebagai eksportir alas kaki. "Pertumbuhan kita jangan sampai kalah dengan Kamboja yang tahun lalu bisa 420% atau mencapai US$ 1,8 miliar," ungkap Firman.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat perjanjian kerjasama bilateral dengan negara lain. Khususnya menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat dan negara di Eropa yang merupakan basis utama negara ekspor. Apalagi banyak negara pesaing yang sudah melakukan perjanjian free trade agreeement (FTA).

Firman juga mengingatkan, pemerintah perlu mencermati dan memperhatikan perkembangan industri alas kaki. Sebab, saat ini konsentrasi investasi hanya di Jawa Tengah. Sehingga daerah lain seperti Banten yang sebelumnya menjadi pusat industri alas kaki menjadi terbengkalai. "UMP di Jateng memang lebih kompetitif dibandingkan daerah lain. Tapi tenaga kerja di daerah lain juga perlu diperhatikan," tambah dia.

Persaingan dengan produk impor, baik legal maupun ilegal pun menjadi persoalan. Ini lantaran Indonesia masih menjadi pusat produksi, namun belum kuat dalam distribusi. "Ini harus kita proteksi agar industri dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri," jelas Firman.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartato menilai, masuknya investasi di sektor ini  mencerminkan antusiasme pengusaha Korsel dalam menjalin kerjasama. "Ada yang memperluas usaha maupun investasi baru di beberapa sektor industri," kata dia.